KOMPAS.com - Sekolah Santa Ursula (Sanur) BSD tahun ini dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggaraan "International Ursuline Youth Camp (IUYC) 2018".
Kegiatan ini merupakan ajang pertemuan dan kerja sama para pelajar, guru, dan pimpinan sekolah yang dikelola oleh Tarekat Santa Ursula. Kegiatan IUYC 2018 ini mengangkat tema “Insieme in Diversity” (Kebersamaan dalam Keragaman).
Kegiatan ini bertujuan untuk memperlihatkan kepada kaum muda mengenai pentingnya menghargai dan menghormati keragaman dan perbedaan.
1. Kebersamaan menyatukan keragaman
Sr. Agatha Linda Chandra, OSU, Provincial Ursulin Indonesia, menjelaskan, “kata “insieme” berarti “kebersamaan”, karena para peserta berasal dari berbagai negara, suku, bahasa, dan latar belakang.
Diharapkan melalui kebersamaan ini, para peserta akan menjadi satu kesatuan dalam keberagaman IUYC 2018.
Baca juga: TK Santa Ursula: Kita Bhinneka, Kita Indonesia
Kegiatan IUYC ini dilaksanakan di Gunung Geulis Camp Area, Kabupaten Bogor, tanggal 6 - 10 Agustus 2018. Kegiatan ini diikuti oleh 327 siswa dan 72 guru pendamping. Mereka berasal dari berbagai sekolah Ursulin di Indonesia, Australia, Jepang, dan Taiwan.
Sebanyak enam orang guru dari sekolah Ursulin di Polandia juga akan ikut menjadi peninjau. IUYC 2018 akan dilayani oleh 60 orang panitia dan lebih dari 100 orang siswa sebagai service team, tenaga medik, dan tenaga dokumentasi.
2. Keprihatinan konflik dan kerinduan akan harmoni dalam keragaman
Melalui rilis media, Sekolah Santa Ursula BSD juga menyampaikan keprihatinan terhadap perkembangan teknologi yang kerap tidak ditanggapi secara bijaksana oleh kaum muda.
"Penggunaan media sosial melalui gawai tidak jarang mendorong munculnya konflik. Saat pesan yang diperoleh itu dibaca dan kemudian disebar ternyata memaksakan pendapat," demikian kutipan keprihatinan tersebut.
Seringkali, pesan tersebut cenderung atau bahkan menolak adanya keragaman.
Dalam empat tahun terakhir ini, keragaman kerap dilihat sebagai ancaman. Keberagaman pun menjadi topik sensitif. Beragam dan berbeda dianggap memicu konflik. Keunikan dan individualitas jadi sesuatu yang ditolak.
Banyak individu terjebak pada pemahaman moral bahwa keragaman dan perbedaan adalah sesuatu yang bertentangan.
3. Wujud kebersamaan tanpa meninggalkan keunikan