KOMPAS.com - Beberapa tahun terakhir, Education Technology atau Edtech tumbuh sebagai salah satu bentuk transformasi pendidikan.
Di Asia, pendidikan berbasis teknologi semakin diminati dan diimplementasikan di banyak negara. Edtech dipandang sebagai salah satu solusi mengatasi problematik pemerataan akses pendidikan berkualitas di Asia dengan populasi dan jumlah penduduk besar.
Menurut data Internet World Stats, populasi pengguna internet di Asia telah mencapai 1.7 milyar dengan Cina sebagai pengguna internet terbanyak. Tidak mengherankan, Edtech tumbuh paling pesat di negara ini.
Sebut saja, Yuanfudao unicorn Edtech pertama di Cina, menyusul Baiju di India lalu Quipper yang menguasai pasar Edtech di Jepang, Filipina, dan Indonesia. Namun, persentase market value Asia masih terbilang sedikit dibandingkan negara-negara di kawasan barat.
Hal tersebut disebabkan beberapa faktor diantaranya internet high-bandwith belum mumpuni, tingkat pendapatan rendah, dan juga penguasaan bahasa Inggris masih kurang. Maka, banyak perusahaan Edtech Asia yang mempertimbangkan hal tersebut dalam bisnisnya.
Baca juga: Kompak, 3 Edutech Indonesia Serukan Hal Ini di Edtech Asia Summit 2018
Hal inilah yang mengemuka dalam diskusi “Cerita 3 Perusahaan Edutech Dalam Memajukan Pendidikan Indonesia di Edtech Asia Summit Hong Kong” (28/8/2018). Acara ini diadakan oleh Quipper, Zenius dan Solve Education!, tiga perwakilan platform edukasi berbasis teknologi Indonesia dalam Edtech Asia Summit Hong Kong pada 26 - 27 Juli 2018 lalu.
Mereka membagikan pengalaman dalam mengembangkan industri edukasi berbasis teknologi di Indonesia.
Quipper hadir pertama kali tahun 2015 memberikan layanan bebas biaya melalui Quipper School yang memudahkan guru dan siswa mengatur kelas secara daring dengan sistem Learning Management System.
Kemudian, menyusul layanan Quipper Video yang memudahkan siswa belajar mandiri melalui video streaming yang dapat disesuaikan penggunaan bandwith-nya sesuai resolusi video dan kualitas jaringan internet.
”Sebagai negara terbesar di ASEAN, Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan Edtech tercepat. Saat Quipper masuk ke Indonesia 2015 lalu, belum ada pemain yang menyentuh ranah konten pendidikan berbasis video streaming," ujar Takuya Homma Founding Member Quipper dan Country Manager Quipper Indonesia.
Takuya menambahkan, sebagai pionir Edtech Indonesia kami justru sangat mendukung perkembangan Edtech yang sangat dinamis dengan hadirnya banyak pemain. "Kami berharap industri Edtech di Indonesia semakin tumbuh sehat, tepat, dan terarah,” tambahnya.
Sementara itu Zenius, perusahaan Edtech tanah air memiliki perhatian khusus terhadap pemahaman konsep dan penalaran ilmiah di samping pemanfaatan teknologi.
Sabda PS Founder Zenius menyampaikan pentingnya meletakan pondasi nalar kuat dalam pemanfaatan teknologi dalam pendidikan.
”Dengan dinamisnya perkembangan dunia saat ini, sangat penting bagi peserta didik Indonesia untuk memiliki keahlian kognitif, kemampuan dasar berpikir kuat agar dapat terusberadaptasi,” jelas Sabda.