Berani Tega dan 4 Cara Lain Membangun Kemandirian Anak

Kompas.com - 12/09/2018, 19:51 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Ada sebuah kisah tentang seekor kupu-kupu yang hendak keluar dari kepompongnya. Dia berusaha dan terus berusaha.

Tiba-tiba datanglah seorang anak dan melihat kepompong tersebut. Karena merasa iba, sang anak mengambil gunting dan membantu kepompong tersebut. Apa yang terjadi selanjutnya? Ya, kupu-kupu tersebut dapat keluar dari kepompong tapi sayapnya rapuh. Semakin lama kupu-kupu tersebut melemah hingga akhirnya mati.

itu adalah ilustrasi singkat Charlotte K. Priatna, praktisi pendidikan untuk menggambarkan bagaimana orangtua membentuk kemandirian anak.

Anak diibaratkan seekor kupu-kupu yang sedang berusaha keluar dari kepompongnya. Sedangkan orangtua diibaratkan sebagai anak yang membantu kupu-kupu tersebut.

Selain faktor kasihan seringkali orangtua kurang sabar melihat proses anak dalam mencoba sendiri hal baru, seperti makan, memakai sepatu, memakai baju, dan lain-lain. Padahal bisa jadi hal tersebut dapat berdampak tidak baik bagi anaknya di masa depan.

Baca juga: 5 Alasan Denmark jadi Acuan Sistem Pendidikan Dunia

Dikutip dari Sahabat Keluarga Kemendikbud, berikut 5 tips orangtua dalam melatih anak agar mandiri sejak dini: 

1. Sabar

Orangtua perlu bersikap sabar menghadapi anak yang sedang berproses menuju kemandirian. Kemandirian seorang anak tidak didapatkan secara instan. Namun, kemandirian didapat dari proses yang membutuhkan latihan dalam waktu yang seringkali tidak sebentar. Itulah sebabnya orangtua harus memiliki rasa sabar dalam melatih anaknya menuju kemandirian.

2. Waktu

Sediakan waktu cukup bagi anak dalam berusaha melakukan pekerjaannya sendiri. Jika akan berangkat sekolah pukul 08:00 maka sebaiknya orangtua meminta anak memakai sepatu pukul 07:30. Jika keadaan sangat mendesak atau terburu-buru maka informasikan kepada anak bahwa orangtua membantu memakai satu sepatu karena sedang terburu-buru tapi besok anak tersebut bisa mencoba memakai sendiri.

3. Tega

Perlu rasa "tega" orangtua dalam melihat anaknya melakukan pekerjaannya sendiri. Teganya orangtua tentu bukan berarti hilangnya rasa sayang kepada anak. Justru sebaliknya rasa sayang tersebut diungkapkan dengan cara mendidik anak untuk melakukan pekerjaannya sendiri demi membangun pribadi anak mandiri.

4. Minimal

Bantu anak secara minimal. Jika anak benar-benar tidak bisa melakukan pekerjaan sendiri, maka orangtua dapat memberikan informasi bahwa ayah atau ibu akan membantu memakaikan baju dan anak dapat mencoba memakai celananya sendiri.

5. Teladan

Orangtua harus memberi teladan dengan menjadi orangtua mendiri kepada anak-anak. Orangtua dapat mengajarkan kemandirian mulai dari awal bangun tidur, merapikan tempat tidur, mengambil makan dan minum sendiri, dan lain-lain. Akan tetapi jika memang orangtua sangat butuh bantuan, maka orangtua dapat meminta bantuan kepada anak dengan mengucapkan kata ”tolong” dan ”terima kasih” sudah dibantu.

6. Apresiasi

Berikan  apresiasi dan penghargaan kepada anak yang mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri. Dengan ucapan terima kasih dibarengi ciuman dan pelukan kepada anak atau hal lain yang sesuai dengan kemampuan orangtua.

Kemandirian sangat penting dibangun sejak usia dini. Kemandirian akan membuat seseorang menjadi pribadi yang mempunyai daya juang tinggi dalam menjalani hidup, menjadi pribadi yang tidak mudah mengeluh jika kesusahan serta mendidik pribadi yang tidak selalu bergantung dengan orang lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau