Mengharap 'Efek Domino' FIKSI 2018

Kompas.com - 02/10/2018, 23:04 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

 

KOMPAS.com - Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) ke-3 tahun 2018 tengah berlangsung di Yogyakarta, 1-6 Oktober 2018.

Melalui program ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Kemendikbud memberi kesempatan pada generasi milenial mendapatkan pembinaan menjadi entreprenuer yang mampu bersaing secara global.

Selain ajang kompetisi dan pameran inovasi, FIKSI 2018 juga memberikan pendampingan kepada para peserta melalui beragam seminar dan pelatihan. Salah satunya dengan menghadirkan pembicara Noor Arif, Pemilik Dagadu Jogja dan Ananta Kusuma Seta, Staff Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing Kemendikbud.

Siswa SMA dan Era Industri 4.0

Kasubdit Peserta Didik Juandanilsyah kepada Kompas.com menyampaikan disrupsi teknologi menjadi tantangan yang dapat membuat siswa tidak fokus pada pengembangan diri.

Juanda menambahkan, "Generasi milenial saat ini harus mampu mengikuti perubahan teknologi yang sangat cepat jika tidak ingin tertinggal."

Baca juga: FIKSI 2018: Ini Bukan Fiksi, Ini Inovasi!

Ananta dari Kemendikbud menyampaikan, "Para lulusan SMA nantinya akan dihadapkan pada tantangan era industri 4.0 dimana banyak tenaga kerja manusia akan digantikan oleh mesin, robotik dan kecerdasan buatan."

Hanya pekerjaan kreatif dan berpikir kritis yang tidak dapat digantikan kecerdasan buatan, Ananta mengingatkan. Untuk itu, ia mengingatkan generasi milenial yang berpartisipasi dalam FIKSI untuk terus mengingkatkan kualitas diri.

Ananta menambahkan, saat ini Indonesia masih berada di posisi 94 dalam Index  Entrepreneurship Global 2018. "Itu artinya masih terbuka peluang tumbuhnya 10 juta wirausahawan muda Indonesia," ujarnya optimis.

Praktik pembelajar wirausaha 

Noor Arif, entreprenur pemilik Dagadu Jogja dalam sesi sharing mengingatkan agar para peserta untuk tidak mudah menyerah. "Tidak semua gagasan selalu berbuah keberhasilan. Tidak semua berjalan mulus. Salah satu aspek entreprenuer adalah menjadi pengambil resiko namun terukur. Bukan berarti nekat," jelas Arif.

Arif menyampaikan salah satu kelebihan Dagadu adalah kemampuan "membaca" yang tidak diperhatikan orang lain. "Untuk itu banyak-banyaklah membaca. Membaca tidak harus buku tapi bisa juga membaca kondisi, membaca trend dan juga peluang," kata Arif.

Ananta mengingatkan untuk sukses para entrepreneur jangan hanya menjual barang tapi menjual values atau nilai dari barang tersebut. "Dagadu sukses bukan karena jualan kaos tetapi karena menjual nilai yang ada dalam kaos terebut," tambah Ananta.

Kolaborasi lintas ilmu

Kasubdit Peserta Didik bersama para pembicara dalam seminar Inovasi Kewirausahaan dalam ajang FIKSI 2018 di Yogyakarta (2/10/2018).Dok. Kompas.com Kasubdit Peserta Didik bersama para pembicara dalam seminar Inovasi Kewirausahaan dalam ajang FIKSI 2018 di Yogyakarta (2/10/2018).

Ia juga mengingatkan para calon wirausahawan muda untuk membangun jaringan atau network. "Di masa depan tidak ada lagi kompetisi melainkan kolaborasi," kata Ananta.

Kolaborasi, menurutnya, juga dapat dilakukan lintas Ilmu. "Korea berhasil kolaborasi lintas ilmu terhadap ginseng memadukan ilmu biologi dan bisnis. Hal sebenarnya dapat kita lakukan pada kopi Indonesia."

Ananta mengajak seluruh peserta untuk menemukan passion dalam mencapai kesuksesan hidup. "Jangan mengikuti kata orang, ikuti passion yang akan mengantar pada kesuksesanmu."

Sebagai penutup Juanda mengharapkan acara FIKSI dapat membawa 'efek domino' bagi para peserta untuk membagikan pengalaman dan ilmu yang mereka dapatkan kepada teman-teman yang lain sekembalinya mereka dari acara ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau