Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengubah Matematika, dari "Terlanjur Benci" jadi "Terlanjur Sayang"

Kompas.com - 22/11/2018, 08:28 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - "Darurat matematika" ternyata tidak hanya menjadi soal di Indonesia saja. World Economic Forum (WEF) menurunkan catatan mereka (20/11/2018), bagaimana matematika juga telah membuat 'sakit kepala' sekolah-sekolah di Kanada, Australia, dan banyak bagian lain di dunia. 

WEF menyampaikan, guru di Kanada dan Australia merasa tidak kompeten atau percaya diri dalam matematika dan. Guru di kedua negara ini secara terus terang yang pertama mengakuinya.

Studi kasus terhadap guru di Ontario, Kanada, dan di Australia telah menghmempertimbangkan bagaimana orang dapat berkolaborasi terbaik untuk melindungi dan menumbuhkan kecintaan siswa untuk belajar.

WEF telah melihat telah ada upaya perbaikan agar matematika terhenti menjadi "momok" atau hal yang menakutkan bagi banyak siswa. Sesuatu yang membuat siswa 'terlanjur malas' untuk mempelajarinya.

Gaya berpikir "zaman old"

Menanggapi penurunan tahun ke tahun dalam skor matematika, Ontario, misalnya, telah membuat prioritas khusus dalam pencapaian matematika.

Sebuah prinsip yang mendasari perubahan kurikulum matematika Ontario adalah untuk "menjadikan matematika sebagai alat untuk menyelidiki ide dan konsep melalui pemecahan masalah".

Baca juga: Indonesia Darurat Matematika!

Sebuah laporan September dari lembaga studi Kanada, The Institute for Competitiveness and Prosperity menunjukkan pendekatan berbasis eksperimen atau pemecahan soal dari masalah sehari-hari untuk matematika benar-benar memberikan hasil yang lebih baik daripada mempelajari konsep angka.

Namun ternyata tidak semua orangtua menyukai konsep inkuiri ini.

Di Australia, kritik kurikulum matematika berbasis inkuiri berasal dari orangtua yang meminta penerapan atau perubahan ini dilakukan pada pembahasan tertentu saja. 

Tapi sementara kita tidak bisa menyelesaikan soal matematika hanya dengan “kembali ke dasar,” kita bisa menghidupkan kembali ide-ide bagus tentang pendidikan matematika.

Orientasi guru bukan pada metematika

Dari awal 2000-an, pemerintah Ontario berjanji meningkatkan prestasi dalam literasi baca dan literasi matematika. Pemerintah menginvestasikan sumber daya yang signifikan dan membentuk Sekretariat Literasi dan Numerasi untuk menjadi ujung tombak menyelesaikan masalah tersebut.

Kepala sekolah menjadikan literasi sebagai prioritas utama mereka. Praktisi ahli diturunkan bekerja bersama guru di kelas. Mereka kemudian bersama membuat strategi yang efektif dan umpan balik bagaimana berinteraksi dengan siswa untuk belajar matematika.

Kenaikan literasi baca ini sangat mengesankan dan sekarang membuat iri dunia. Reformasi keaksaraan telah banyak berubah, namun tidak dengan literasi numerasi.

Hasil wawancara tahun lalu dengan lebih dari 200 pendidik di Ontario, guru akan mengatakan hal-hal seperti: "Saya bukan orang matematika".

Atau salah satu kepala sekolah merefleksikan bagaimana mereka semua telah berubah menjadi “pembaca dan penulis yang luar biasa” namun dia juga bertanya-tanya: "Apakah kita berbagi passion yang sama untuk matematika?"

Lagi, soal guru kompeten matematika

Ilustrasi Anak Belajar Matematika (Shutterstock) Ilustrasi Anak Belajar Matematika (Shutterstock)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com