Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SMA Selamat Pagi Indonesia, Inspirasi Kolaborasi Pendidikan Indonesia

Kompas.com - 19/02/2019, 20:04 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - HDI (PT Harmoni Dinamik Indonesia) dan SMSG (komunitas Satu Murid Satu Guru) menggelar seminar "Parenting & Millennial Teaching Workshop" di Jakarta (18/2/2019) melibatkan guru dan pemerhati pendidikan dari jaringan SMSG dan masyarakat peduli pendidikan.

Di ambang Revolusi Industri 4.0, Indonesia masih memiliki masalah dalam mengelola sumber daya manusia.

Ketika persaingan global menuntut orang untuk memiliki kecakapan pengelolaan teknologi tinggi, berdasarkan data SMSG wajah pendidikan Indonesia masih dihantui dengan fakta bahwa ada 13 juta anak tidak mengenyam pendidikan dan 187 ribu anak putus sekolah.

Kondisi darurat pendidikan coba diangkat dalam forum seminar yang diadakan SMSG dan HDI ini dengan harapan akan mendapat masukan dan solusi dari berbagai pihak.

Inspirasi SMA Selamat Pagi Indonesia 

Dalam sambutan pembukaannya, Su-Mae Chia, Key Leader Regional Marketing HDI, menyampaikan, "HDI selalu memerhatikan kualitas pengembangan kualitas sumber daya manusia. Julianto Eka Putra salah satu top leader HDI di Indonesia mendirikan SMA Selamat Pagi Indonesia (SMA SPI)."

Baca juga: Komnas HAM Catat 4 Kondisi Darurat Pendidikan Indonesia

Julianto Eka Putra dianugerahi penghargaan "Kick Andy Heroes 2018". Di tahun sama, HDI mendapatkan tawaran production house untuk memproduksi film layar lebar “Say, I Love You...” yang menampilkan kisah nyata Julianto Eka Putra dan siswa-siswi SMA SPI yang inspiratif.

Melalui SMA SPI, HDI membantu ratusan siswa dari kalangan kurang mampu di seluruh Indonesia untuk mengenyam pendidikan gratis dan sekaligus mendapatkan berbagai macam pelatihan untuk menjadi wirausahawan independen di berbagai sektor.

Inisiatif diluncurkan HDI dan Julianto Eka Putra lewat SMA SPI merupakan contoh kolaborasi dapat menyelesaikan masalah darurat pendidikan di Indonesia.

Tantangan pendidikan layak

Julianto Eka Putra, pendiri SMA SPI dan Top Leader HDI di Indonesia merenungkan pengalamannya saat mendirikan SMA SPI. “Menurut pengalaman saya, mendirikan sekolah gratis itu satu hal, tapi lebih dari itu memberikan pendidikan layak bagi murid merupakan hal yang lebih sulit," ujarnya.

Julianto menambahkan, "Meskipun mereka semua datang dari keluarga yang kurang beruntung, tapi adanya perbedaan dari latar belakang keluarga, ternyata membutuhkan pendekatan berbeda untuk masing-masing murid.”

Beberapa murid berasal dari keluarga miskin dan datang dengan kepercayaan diri yang sangat
rendah, sedangkan siswa yang lain datang dengan kemampuan intelektual yang buruk akibat
kurangnya asupan nutrisi.

Ada pula yang datang dari daerah yang sangat terpencil dengan adat istiadat yang sangat berbeda pula. Setiap murid punya trauma yang masing-masing harus disembuhkan supaya mereka memiliki keinginan untuk sukses dan hasrat untuk belajar dan meningkatkan kualitas diri.

Jadi jembatan bagi kesenjangan

Di samping pemberian kurikulum pembelajaran SMA pada umumnya, SMA SPI juga melatih siswa dalam kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan diberikan dalam beberapa unit usaha.

Unit usaha ini dikelola para alumni dengan mempekerjakan beberapa karyawan. Saat ini, SMA SPI memiliki 16 divisi, di antaranya agen wisata, peternakan, perkebunan, penyiaran, manajemen pertunjukan, pernak-pernik, kuliner, hotel, event organizer, dan lainnya.

Perjuangan nyata Julianto Eka Putra dan kisah para murid SMA SPI saat ini telah diadaptasi ke
layar lebar. Sebuah film berjudul “Say, I Love You...” disutradarai Faozan Rizal yang sebelumnya menyutradarai “Habibie Ainun” (2012) dan dibintangi Verdi Solaiman Dinda Hauw,
Aldi Maldini, Rachel Amanda, dan Olga Lidya telah selesai diproduksi MBK Pictures dan
segera tayang di bioskop seluruh Indonesia di tahun 2019.

“SPI adalah bukti nyata bahwa hanya sekolah saja tidak mampu menjembatani kesenjangan
lebar yang dibawa para murid ke dalam sekolah, melainkan kombinasi dari program sekolah,
layanan sosial, organisasi komunitas, dan civil society," tutup Su-Mae Chia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com