Kemendikbud Kirim 94 Guru ke Malaysia untuk Pemerataan Pendidikan

Kompas.com - 20/10/2019, 19:29 WIB
Erwin Hutapea,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengirimkan 94 guru ke Malaysia untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak Indonesia mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu.

Para guru tersebut akan ditempatkan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Community Learning Center (CLC) yang berada di wilayah Sabah dan Sarawak.

Saat ini terdapat 160 PKBM di dua wilayah itu, terdiri dari 115 PKBM pada jenjang sekolah dasar (SD) dan 45 PKBM pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP).

“Saya mohon untuk bisa melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Berikanlah yang terbaik untuk anak-anak Indonesia yang ada di sana dan saudara merupakan duta Indonesia yang mewakili pemerintah dan negara Indonesia sebagai wujud kepedulian pemerintah terhadap nasib anak-anak Indonesia yang ada di luar negeri, khususnya di Malaysia,” ucap Mendikbud Muhadjir Effendy melalui keterangan tertulis, Jumat (18/10/2019).

Menurut dia, ini merupakan bentuk komitmen dari Presiden Joko Widodo, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran. Bahkan daerah tersebut bukan hanya pinggir, melainkan jauh di luar pinggiran.

Dengan demikian, ini merupakan pekerjaan yang menantang dan berat yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Memberi mimpi besar

Mendikbud menambahkan, dalam mengajar, para guru membutuhkan kreativitas tinggi dalam metode dan strategi pembelajaran agar bisa memberikan dorongan bagi anak untuk semangat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).

Baca juga: Gaji Guru Honorer Direncanakan Naik, Minimal Sama dengan UMR

“Jangan hanya kegiatan rutin, melainkan betul-betul guru kreatif yang mencoba memberikan pengalaman belajar yang optimal kepada anak-anak Indonesia yang ada di Malaysia. Jadi tidak hanya transfer pengetahuan, tetapi juga memberi mimpi-mimpi yang besar karena mereka umumnya berasal dari keluarga petani,” ujar Muhadjir.

Dia menjelaskan, rata-rata (dalam diri) mereka tertanam perasaan rendah diri dan ini harus dibangkitkan karena ternyata setelah mereka dibina dengan baik, banyak sekali di antara mereka yang bisa masuk ke perguruan tinggi yang bagus.

Mendikbud mengharapkan para guru yang dikirim ke Malaysia bisa memainkan multiperan sehingga bukan hanya sekadar menjadi guru, melainkan juga peran-peran lain, termasuk memberikan inspirasi kepada anak-anak dan menanamkan nasionalisme kepada mereka.

Sebab, lanjutnya, bagaimanapun mereka tetap anak Indonesia dan ditunggu baktinya buat Indonesia. Mereka juga ditargetkan harus bisa pulang ke Indonesia dan bisa mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara.

“Itu yang penting sekali. Oleh karena itu, saudara di sana akan berpartner dengan guru-guru lokal yang asli dari Malaysia yang memang kita pekerjakan. Tolong agar mereka juga dibimbing, jangan sampai mereka mengajar dengan standar-standar Malaysia, terutama dalam aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah keindonesiaan,” pungkas Muhadjir.

Pemerataan pendidikan

Sementara itu, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Supriano menuturkan bahwa belum semua anak usia sekolah bisa bersekolah. Sebab, anak-anak tersebut ikut bekerja bersama orang tua mereka di perkebunan.

Dia mengungkapkan, anak usia sekolah yang ada di perkebunan Malaysia jumlahnya sekitar 50.000 anak, sedangkan yang bisa didorong ke sekolah ada sekitar 18.000 anak. Maka dari itu, dibutuhkan kerja sama dengan orang tuanya dan harus ada keinginan anak itu untuk belajar.

“Alhamdulillah, yang lulus dari sekolah di Malaysia ini ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi, contohnya UI, ITB, IPB, dan UGM. Artinya, anak-anak kita ini walaupun posisinya di mana, kalau diintervensi dengan pendidikan yang baik, dia juga punya kemampuan,” tutur Supriano.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau