KOMPAS.com- Teknologi 5G diprediksikan akan mulai merambah kehidupan sehari-hari dengan membawa kecepatan akses internet makin tinggi. Teknologi baru ini pastinya membuka beragam peluang dan pemanfaatan baru di setiap lini kehidupan manusia, mulai dari penerapan Internet of Things (IoT) di rumah-rumah, kendaraan nirpengemudi, hingga kota pintar.
Di sisi lain, era 5G juga tidak luput dari risiko keamanan lalu lintas informasi yang diakibatkan serangan siber maupun upaya pembobolan data. Terdapat laporan menyebutkan selama tahun 2018, lebih dari 200 juta serangan siber dilancarkan mengarah ke Indonesia.
Menghadapi tantangan era 5G tersebut, Huawei Indonesia terdorong turut serta dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul yang mampu membangun strategi pendeteksian dini terhadap keamanan di ruang siber.
Komitmen ini kemudia mendorong Huawei Indonesia menggelar "TechDay" di 3 (tiga) universitas terkemuka di Indonesia yakni Universitas Indonesia (UI), Universitas Telkom Bandung, dan Institut Teknologi Bandung (ITB) di bulan September-November 2019.
Baca juga: Mendikbud Nadiem Minta Google Bantu Dorong SDM Teknologi di Indonesia
"TechDay" merupakan bagian dari program SmartGen 2019 yang bertujuan membangun kesiapan Indonesia memasuki era 5G bersama digelarnya teknologi-teknologi baru di masa depan.
Melalui program ini diharapkan dapat menumbuhkan pemahaman mahasiswa mengenai teknologi 5G, membuka wawasan tentang potensi dan manfaat dari teknologi tersebut bagi masyarakat, serta mitigasi dini terhadap risiko keamanan siber di tengah berkembangnya tantangan dalam upaya perlindungan data dan privasi di masa kini.
Kegiatan alih pengetahuan ini dikemas dalam bentuk lokakarya bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
“Kerja sama yang terjalin antara BSSN dan Huawei dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan edukatif seperti pertukaran informasi, lokakarya, dan pelatihan di bidang keamanan siber merupakan bentuk komitmen kami dalam pengembangan sumber daya manusia di bidang keamanan siber," ujar Ken Qijian, Vice President Public Affairs and Communications Huawei Indonesia.
Ken Qijian berharap, "Kerja sama ini juga diharapkan menjadi sarana kolaborasi dalam pengembangan riset di bidang keamanan siber yang dibutuhkan untuk meningkatkan kompetensi dan kapabilitas personil maupun teknologi demi terwujudnya keamanan siber nasional yang kokoh.”
“Agar kita selalu berada di garis terdepan dalam upaya memperkuat keamanan siber, dibutuhkan pola pikir selangkah lebih jauh," jelas Ken Qijian.
Di masa depan, teknologi kecerdasan buatan (AI) akan hadir di setiap lini dan membawa risiko yang signifikan di bidang keamanan komputasi. Namun, di sisi lain, AI juga dapat dimanfaatkan sebagai peranti penting dalam membangun sistem pertahanan siber.
Ini dapat terwujud berkat kapabilitasnya yang mampu menganalisis, mengobservasi, hingga mendeteksi adanya indikasi kejanggalan di jaringan secara cerdas. Tentunya dibutuhkan SDM handal untuk bisa mewujudkannya.
Hal ini, menurut Ken Qijian, menuntut peran serta dan komitmen dari semua pihak menerapkan langkah-langkah strategis konkret dalam memperkokoh keamanan, mengantisipasi isu-isu terkait privasi, membangun kesadaran masyarakat, serta dalam menghadirkan solusi-solusi perlindungan dan keamanan siber.
Selama panel berlangsung, Huawei juga membagikan perspektifnya terhadap keamanan dan bagaimana teknologi dan solusi Huawei akan dapat selaras dengan upaya dan inisiatif BSSN dalam mengembangkan sistem deteksi dini keamanan di ruang siber.
Dalam penandatanganan kerja sama antara BSSN dan Huawei bulan lalu, keduanya sepakat melanjutkan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan untuk turut menumbuhkan kesadaran pentingnya keamanan siber kepada semua kalangan, dari bidang akademik maupun masyarakat luas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.