KOMPAS.com - Anak, sebagai subjek utama dalam pendidikan, hampir selalu dikorbankan.
Begitu banyak keputusan mulai keputusan harian di rumah dan kelas, keputusan penetapan anggaran setiap tahun hingga keputusan lima tahunan terkait pimpinan dan kebijakan nasional masih jauh dari percakapan yang berpihak pada anak.
Bahkan dalam percakapan sehari-hari para pendidik, guru dan orangtua, kecenderungannya lebih pada menyalahkan anak. Anak sebagai terdakwa dari segala macam keruwetan persoalan sambil lupa bahwa awalnya berakar pada keputusan dan tindakan orang dewasa.
Padahal pendidikan seharusnya berdiri pada keyakinan bahwa anak adalah potensi kebaikan yang tak terbatas. Peran pendidikan memfasilitasi potensi tersebut berbuah menjadi kebaikan nyata dalam kehidupan.
Baca juga: Refleksi Hari Guru: Pengabaian di Ruang-ruang Kelas Kita
Keyakinan dasar pendidik adalah percaya bahwa anak bisa berubah, bahwa anak bisa berkembang. Tanpa keyakinan tersebut, pendidikan hanya akan menjadi usaha yang absurd, melakukan tindakan yang sedari awal sudah diniatkan untuk gagal.
Bila anak tidak bisa berubah, lalu mengapa kita bersusah payah melakukan upaya pendidikan. Sejatinya, roh pendidikan berada pada sikap keperpihakan pada anak.
Dalam praktik yang kami lakukan, banyak bukti menunjukkan ketika guru menjadikan anak sebagai sekutu utama maka kualitas pengajaran akan meningkat. Anak yang menjadi sekutu utama guru akan merasa dipahami dan akan terlibat sepenuh hati dalam proses belajar.
Guru yang menjadikan anak sebagai sekutu utama lebih besar kemungkinannya menghasilkan praktik baik dan inovasi pengajaran. Sekolah yang memfasilitasi persekutuan guru dengan anak lebih berpotensi melibatkan orangtua dan mendapatkan dukungan dari komunitas yang lebih luas.
Sambut Hari Guru Nasional, Usman Djabbar Mappisona (Komunitas Guru Belajar Nusantara), Bukik Setiawan (Kampus Guru Cikal), Najelaa Shihab (Semua Murid Semua Guru) menyatakan seruan:
1. Mengajak semua guru untuk merefleksikan tujuan dan praktik pengajaran selama ini. Berapa banyak murid yang pernah kita dengarkan? Pernahkah menyediakan waktu bagi mereka untuk bercerita tentang diri atau tentang pengalaman-pengalaman mereka? Adakah waktu yang tersisa sekedar menyapa atau bertanya kabar tentang keluarga, cita-cita atau kesulitan-kesulitan yang mereka alami? Pernahkah kita mengajak mereka ke ruangan, menyuguhkan air minum sambil bercerita tentang pengalaman hidup masing-masing? Pernahkah kita bertemu, berkenalan dan bercakap dengan keluarga mereka?
2. Mengajak semua guru yang telah sukses bersekutu dengan anak dalam praktik pengajaran untuk berbagi kepada guru yang lain. Percayalah, guru adalah guru terbaik bagi sesama guru. Praktik baik pengajaran adalah sumber inspirasi yang tidak pernah kering bagi guru untuk mencoba, mengadaptasi, memodifikasi dan membuat praktik pengajaran sesuai kebutuhan murid di kelasnya.
3. Mengajak pemangku kepentingan mulai Dinas Pendidikan Daerah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hingga lembaga pengembangan guru dan lembaga donor untuk mempraktikkan kemerdekaan belajar dalam program pelatihan maupun pengembangan guru. Beri kesempatan pada guru untuk memilih program yang sesuai kebutuhannya dan kebutuhan muridnya. Beri kesempatan pada guru untuk mengikuti kegiatan yang jadwalnya sesuai dengan kesibukan guru di sekolah.
4. Mengajak semua pihak yang terlibat dalam kegiatan guru untuk mengurangi pola kompetisi dan menginisiasi kegiatan kolaborasi antara sesama guru maupun guru dengan komunitas, pemerintah, yayasan maupun perusahaan. Guru lebih butuh kesempatan berkembang yang terus menerus dengan dukungan dari sesama guru dibandingkan kesempatan untuk mengalahkan guru yang lain.
5. Mengajak semua pemangku kepentingan pendidikan untuk memenuhi hak anak sebagaiwarga negara dan berpihak pada masa depannya. Setiap keputusan, kebijakan dan anggaran ditetapkan jika dan hanya jika bisa menjawab pertanyaan sederhana, apa manfaatnya buat anak? Apa bukti yang menunjukkan manfaatnya buat anak? Penting bagi semua pihak untuk menjadikan berpihak sebagai anak menjadi prioritas utama.
6. Mengajak semua pemangku kepentingan pendidikan untuk menginisiasi, memfasilitasi dan mendukung kegiatan pengembangan guru yang berpihak pada anak dan bersifat kolaboratif. Sudah saatnya kita bergotong royong demi masa depan anak Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.