Hari Guru Nasional, 3 Harapan Guru Milenial untuk Pendidikan Indonesia

Kompas.com - 25/11/2019, 12:43 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kita banyak menaruh harapan kepada guru untuk membantu mendidik anak agar siap menghadapi masa depan. Indonesia pun membutuhkan generasi masa depan yang cemerlang untuk menghadapi persaingan global.

Pada Hari Guru Nasional, sejumlah guru dari generasi milenial juga menaruh harapan kepada pemerintah, orangtua, serta seluruh insan pendidikan.

Kompas.com mewawancarai sejumlah guru-guru millenial yang kini terjun mendidik di pendidikan formal.

Berikut rangkuman harapan-harapan muncul dari guru-guru generasi milenial.

1. Pendidikan menonjolkan karakter

Guru SMAN 5 Bogor, Zafira Andini Muzzamil (22) berharap siswa sadar bahwa ilmu pengetahuan yang dipelajari selama di sekolah bukan untuk membantu masuk ke perguruan tinggi.

Menurut Zafira, ilmu pengetahuan yang dipelajari sekarang adalah modal untuk menjalani hidup.

Baca juga: Hari Guru Nasional 2019, Milenial: Jadi Guru Itu Keren!

"Agar kamu tahu siapa diri kamu, kamu punya identitas yang khas, agar siswa unik, beragam, berwawasan, dan berkarakter," ujar Zafira saat dihubungi Kompas.com.

Zafira menyebutkan setiap anak itu punya karakter. Menurutnya, pendidikan seharusnya bisa menonjolkan karakter setiap anak.

"Ada sisi unik keluar, maka ada nilai-nilai toleransi di sana. Ada juga sisi kreatif. Di situlah pendidikan seharusnya menciptakan hal itu," tambah Zafira.

2. Bebas berkreasi dan berinovasi

Guru Semut-Semut The Natural School Depok, M. Fuad Rizqi Ramadhan (23) berharap sekolah-sekolah bisa lebih membebaskan guru dan murid lebih berekspresi. 

Pola pendidikan di sekolah juga diharapkan seimbang antara teori dan praktek.

"Kebetulan di sekolah saya ajar itu ada stusos (studi sosial). Itu jadi tak hanya teori tetapi banyak praktek," ujar Fuad kepada Kompas.com di Depok, Jawa Barat.

Fuad berharap kepada pemerintah untuk menyederhakan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP). Menurutnya, penyusunan RPP itu membuang waktu guru dalam kegiatan belajar mengajar.

"Inginnya to the point aja. cuma poin-poin aja. Gak perlu detail kalau soal RPP kalau soal materi, ternyata masih banyak sekolah yang harus banget ngikutin kompetensi dasar yang dikasih jadi mereka gak bisa improve. Ujung-ujungnya ke anak-anak kasihan juga," tambah Fuad.

3. Orangtua turut berperan mendidik bersama anak

Orangtua diharapkan turut berperan dalam mendidik anak. Cara-cara yang bisa dilakukan milsanya berkomunikasi dengan guru, mengajarkan nilai-nilai baik di masyarakat, apresiasi anak, mendengarkan cerita anak, dan konsisten mengikuti nilai-nilai pelajaran di sekolah.F

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau