Kisah Dokter Gigi Tati, Kuliah Sambil Jual Makanan Ringan di Kampus

Kompas.com - 11/01/2020, 21:41 WIB
Albertus Adit,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perjuangan untuk menjadi seorang dokter gigi tidaklah mudah bagi wanita yang satu ini. Pasalnya, Tati Sri Rahmawati (26) harus melalui proses yang berat.

Tati yang lahir di Ciamis ini ternyata berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang kernet bus dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga.

Namun, keinginan Tati untuk menjadi dokter gigi tetaplah besar. Meski dari keluarga sederhana, dia tidak berkecil hati.

Ingin menyekolahkan tiga adik

Malah, anak sulung dari 4 bersaudara ini justru ingin kuliah dan mewujudkan mimpinya tersebut menjadi dokter gigi.

Menurut dia, alasan untuk kuliah karena ingin menaikkan derajat orangtua serta menyekolahkan ketiga adiknya.

Baca juga: Kisah Tati, Anak Kernet Bus yang Jadi Dokter Gigi: Jual Tanah hingga Dagang di Kampus untuk Biaya Kuliah

Ternyata, jalan Tati dipermudah. Yakni diterima S1 Pendidikan Dokter Gigi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 2011.

Hanya saja, perjalanan saat kuliah salah satunya biaya kuliah di kampus itu tidaklah sedikit.

Ini karena ayah Tati kerja sebagai kernet bus dan merasa tidak cukup upahnya untuk membiayai pendidikan Tati.

"Awalnya orangtua ragu dan khawatir tidak mampu membiayai kuliah saya. Tapi berkat dukungan dari semua pihak, kami percaya Tuhan pasti akan memberikan rezeki dan optimistis bisa menjalani semuanya sampai akhir," kata Tati, Selasa (17/9/2019).

Jualan makanan ringan di kampus

Jalan satu-satunya yakni orangtua Tati menjual tanah. Beberapa bidang tanah secara perlahan habis untuk biaya kuliah Tati.

Melihat kondisi tersebut, Tati akhirnya memutar otak agar bisa menyelesaikan pendidikannya. Dia lantas memilih untuk mencari kerja sampingan.

Hingga pada tahun 2013, Tati mulai berjualan jajanan basreng dan makaroni di lingkungan kampus.

Makanan buatan ibunya tersebut dijual Tati kepada teman-temannya di kampus untuk menutup biaya kuliah dan kehidupannya sehari-hari.

Baca juga: Kisah Perjuangan Guru Pedalaman Papua, Ingin Wujudkan Mimpi Siswa jadi Orang Nomor Satu

"Saya juga membuat pesanan bunga flanel untuk wisuda, ngajar les privat anak SD, menjadi asisten di klinik, bahkan sampai pernah membuka laundry di kontrakan untuk teman-teman," ujar Tati.

Tak boleh sepelekan jurusan

Ketika kuliah Pendidikan Dokter Gigi, Tati juga mendapat pelajaran sederhana. Dia awalnya menganggap Pendidikan Dokter Gigi tidaklah serumit Pendidikan Dokter Umum.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau