KOMPAS.com – Beberapa tahun belakangan, Pendidikan Karakter menjadi fokus sejumlah sekolah dasar. Bahkan, ada sekolah yang memfokuskan diri sebagai “sekolah karakter” dan mengedepankan pendidikan karakter ketimbang hanya fokus pada pendidikan akademis.
Pembentukan karakter membutuhkan proses yang lama dan panjang serta butuh konsistensi dari orang-orang sekitar. Pendidikan karakter pun dinilai paling efektif bila dipupuk saat anak bersekolah dasar selama 6 tahun.
Lingkungan sekolah, sebagai salah satu lembaga yang punya kepentingan dalam pembentukan karakter anak, perlu membangun budaya positif.
Baca juga: 3 Syarat Pendidikan Karakter Berjalan Efektif
Budaya positif sekolah ini berisi kebiasaan yang disepakati bersama untuk dijalankan dalam waktu yang lama. Jika kebiasaan positif ini sudah membudaya, maka nilai-nilai karakter yang diharapkan akan terbentuk pada diri anak.
Merangkum dari laman resmi Sahabat Keluarga Kemendikbud, berikut lima budaya sekolah yang dapat membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter positif:
Gerakan literasi sekolah (GLS) bertujuan agar siswa memiliki minat baca sehingga keterampilan membaca akan meningkat.
Materi bacaan berisi nilai-nilai budi pekerti berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan siswa.
Salah satu program yang dicanangkan pemerintah adalah kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum waktu pelajaran dimulai.
Kegiatan ini bertujuan mengembangkan minat dan bakat anak di sekolah. Saat terlibat dalam kegiatan ekstrakulikuler, siswa akan terbiasa melakukan berbagai macam kegiatan positif secara fisik maupun mental.
Baca juga: Mengenal Jurusan Kuliah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Ini 5 Faktanya
Dengan aktif di kegiatan ekstrakulikuler, siswa juga terlatih aktivitas yang memerlukan pemikiran dan tenaga lebih. Mereka tidak akan manja, bermalas-malasan dan anarkis. Justru lebih kreatif dan bertanggung jawab.
Kegiatan ini bertujuan membentuk kebiasaan harian anak, seperti menyambut kedatangan anak di gerbang sekolah sembari menjabat tangannya.
Bentuknya tidak terlalu berat namun memerlukan konsistensi. Kegiatan yang bisa dilakukan antara lain, mengikuti upacara bendera, menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu nasional, dan berdoa bersama.
Di akhir pelajaran, kegiatan serupa juga perlu dilakukan. Antara lain refleksi, menyanyikan lagu daerah dan berdoa bersama.
Hal ini penting untuk diterapkan oleh sekolah karena karakter anak baru akan terlihat bila ditunjukkan secara spontan. Karakter dinilai belum terbentuk dalam diri seseorang jika belum bersifat spontan.
Dengan kata lain, spontanitas akan menjadi ukuran, bahwa seseorang itu telah memiliki karakter yang baik atau belum. Perilaku ini mencakup perkataan maupun perbuatan.
Baca juga: Beasiswa S1 Calon Guru, Gratis Biaya Kuliah di Eropa dan Asia Tengah
Misalnya, anak spontan meminta maaf saat lakukan kesalahan atau anak langsung membantu temannya yang sedang kesulitan.
Tata tertib menjadi benteng pembatas antara yang boleh dan tidak boleh, antara yang baik dan tidak baik.
Sekolah perlu membuat tata tertib yang disepakati dan dijalankan bersama oleh guru-guru.
Tata tertib diperlukan mengingat sikap seseorang mudah berubah, apalagi yang menyangkut kebiasaan. Dengan adanya aturan, seseorang akan terikat. Dengan begitu, kebiasaan positif itu akan terus berkembang hingga menjadi karakter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.