3 Syarat Pendidikan Karakter Berjalan Efektif

Kompas.com - 14/01/2020, 20:52 WIB
Ayunda Pininta Kasih,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Beberapa tahun belakangan, pendidikan karakter menjadi fokus utama sejumlah sekolah. Pendidikan karakter dianggap sama pentingnya dengan pendidikan akademis karena berhubungan dengan pembentukan karakter anak kelak.

Namun, pendidikan karakter yang dimaknai tak menyeluruh justru bersifat kontraproduktif bagi pembentukan karakter anak didik.

Hal itu disampaikan penulis buku, pembicara, sekaligus pakar pendidikan karakter Doni Koesoema dalam laman resmi Sahabat Keluarga Kemendikbud.

Doni berpendapat, “Pendekatan parsial yang tidak didasari pendekatan pedagogi yang kokoh alih-alih menanamkan nilai-nilai keutamaan dalam diri anak, malah menjerumuskan mereka pada perilaku kurang bermoral.” 

Baca juga: Mengenal Jurusan Kuliah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Ini 5 Faktanya

Dalam buku “Pendidikan Karakter Integral” Doni memberikan formula pendidikan karakter yang efektif dan utuh.

Menurutnya ada tiga desain dalam perancangan hingga pelaksanaan pendidikan karakter, yakni:

1. Desain pendidikan karakter berbasis kelas

Desain ini menekankan interaksi guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pembelajar di dalam kelas. Dalam hubungan guru dan siswa, proses pembelajaran tidak boleh berlangsung secara monolog di mana guru menerangkan dan siswa mendengar.

Idealnya, di kelas terjadi dialog antara guru dengan siswa. Dengan begitu terciptalah pemahaman dan pengertian selama proses belajar. Selain itu, ranah noninstruksional juga perlu diterapkan, seperti kesepakatan antara murid dan guru di kelas, manajemen kelas, yang membantu terciptanya suasana belajar yang nyaman.

Baca juga: 5 Cara Orangtua Membantu Anak Mengatur PR Sekolah

2. Desain pendidikan karakter berbasis kultur sekolah

Untuk menanamkan pendidikan karakter seperti nilai kejujuran tidak cukup hanya dengan memberikan pesan-pesan moral berupa nasihat kepada anak didik.

Pesan moral ini perlu diperkuat dengan peraturan sekolah yang tegas dan konsisten terhadap setiap perilaku ketidakjujuran.

Dengan bantuan norma-norma, guru dan pihak sekolah dapat membangun kultur sekolah yang mampu membentuk karakter anak didik, sehingga nilai tertentu terbentuk dan terbatinkan dalam diri siswa.

3. Desain pendidikan karakter berbasis komunitas

Dalam mendidik, komunitas sekolah tidak bisa berjuang sendirian. Masyarakat di luar lembaga pendidikan, seperti keluarga, masyarakat umum, dan negara, juga memiliki tanggung jawab moral untuk sama-sama melakukan pendidikan karakter untuk anak.

Baca juga: 5 Tanda Anak Membutuhkan Les Tambahan Usai Sekolah

Ketika lembaga negara lemah dalam penegakan hukum, ketika mereka yang bersalah tidak pernah mendapatkan sanksi yang setimpal, maka negara telah "mendidik" masyarakatnya untuk menjadi manusia yang tidak menghargai makna tatanan sosial bersama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau