Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecerdasan Emosi Pengaruhi Prestasi Akademik Anak di Sekolah

Kompas.com - 21/01/2020, 13:49 WIB
Ayunda Pininta Kasih,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Ada banyak faktor bisa memengaruhi pencapaian akademis siswa di sekolah. Selain dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan, kecerdasan emosi yang baik juga dikaitkan dengan nilai lebih tinggi dan prestasi lebih baik.

Untuk mendapatkan kesimpulan tersebut, tim peneliti dari studi 2019 yang dirilis oleh American Psychological Association (APA) mengukur tingkat kecerdasan emosional siswa dan mengaitkannya dengan nilai ujian.

Mereka menganalisis data dari 160 studi tahun 1998 hingga 2019 yang melibatkan lebih dari 42 ribu siswa di 27 negara (76 persen berbahasa Inggris). Siswa yang diteliti mulai dari usia sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Penelitian mendapati, siswa yang memiliki kecerdasan emosional yang lebih baik cenderung mendapatkan nilai ujian yang lebih tinggi dan prestasi yang lebih baik ketimbang siswa dengan kecerdasan emosi yang lebih rendah.

Baca juga: Jack Ma Bicara soal Pendidikan: Rumus Pendidikan IQ, EQ dan LQ

Kecerdasan emosional yang dimaksud oleh peneliti ialah kemampuan untuk mengelola emosi negatif yang dirasakan, seperti kecemasan, kebosanan, dan kekecewaan yang akhirnya dapat memengaruhi pencapaian akademis.

Selain itu, siswa dengan kecerdasan emosional yang lebih baik dinilai mampu mengelola dunia sosial, seperti menjalin hubungan baik dengan guru, teman, dan keluarga.

“Tidaklah cukup untuk menjadi pintar dan pekerja keras. Siswa juga harus dapat memahami dan mengelola emosi mereka untuk berhasil di sekolah,” kata penulis utama studi Carolyn MacCann, PhD, dari Universitas Sydney, dalam laman resmi APA.

Kisah Kelly, pintar matematika namun tak pandai kelola emosi

Dalam studi tersebut, MacCann menceritakan seorang siswa sekolah menengah bernama Kelly yang pandai matematika dan sains tetapi berjuang dengan kecerdasan emosional.

"Dia mengalami kesulitan memahami perasaan orang lain, ketika orang lain kesal, khawatir atau sedih. Dia tidak tahu bagaimana emosi dapat memengaruhi perilaku orang di masa depan. Dia juga tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatur perasaannya sendiri," kata MacCann.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com