KOMPAS.com - Di Ruang Belajar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur, Minggu (23/02/2020), sejumlah mahasiswa dari negara sahabat berdiskusi tentang pengalaman mereka selama mempelajari bahasa Indonesia.
Diskusi yang dihadiri oleh Kepala Biro Kerja Sama dan Humas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ade Erlangga Masdiana itu merangkul para mahasiswa negara sahabat yang mengikuti program Darmasiswa tahun ajaran 2019/2020.
Salah satunya Adalah Kim Bo Yeong asal Busan, Korea Selatan, yang memilih melanjutkan studi di UMM karena ketertarikannya pada budaya yang ada di universitas tersebut.
“Saya tertarik memilih UMM, karena ingin mempelajari berbagai budaya yang ada di kampus tersebut. Selain saya ingin mempelajari Bahasa Indonesia, saya juga ingin belajar tentang budaya Islam. Informasi yang saya dapatkan, Islam di Indonesia dikenal ramah, jadi saya sangat ingin mempelajari dan membuktikan secara langsung hal itu,” kata Bo Yeong dalam rilis resmi Kemendikbud, Rabu (26/2/2020).
Baca juga: Beasiswa Djarum Foundation 2020 untuk Mahasiswa S1/D4
Senada dengan Bo Yeong, Waenuseela Soh yang berasal dari Bangkok, Thailand, mengungkapkan kekagumannya atas toleransi antar umat beragama di Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
"Indonesia memiliki keanekaragaman agama, suku dan budaya, saya sangat bersemangat saat diberi tahu oleh kedutaan bahwa saya lolos untuk mengikuti program Darmasiswa di Indonesia. Selain keinginan belajar Bahasa Indonesia, saya juga tertarik dengan budaya suku toraja tentang ritual pemakaman serta kematian di sana, setelah program ini selesai saya ingin memperkenalkan bahasa dan budaya Indonesia ke negara saya serta saya juga ingin nantinya membuat travel agent untuk memperkenalkan pariwisata di Indonesia," ucap Waenuseela Soh.
Sementara itu, Mahasiswi Keio University, Tokyo, Jepang, Urano Risa mengungkapkan bahwa program Darmasiswa di Indonesia sangat bermanfaat baginya, karena sejalan dengan tujuan kariernya untuk menjadi konsultan atau marketing bagi produk ekspor dan impor dari Indonesia.
Baca juga: Beasiswa S2/S3 ke Selandia Baru, Uang Saku Rp 4,3 Juta per Minggu
"Saya sangat suka di Indonesia, terutama orang-orangnya sangat ramah dan peduli. Saya berharap dapat tinggal lebih lama di Indonesia, karena di sini makanannya juga murah dan masyarakatnya bersahabat. Sebelumnya saya merupakan internship di perusahaan kecil namun terkenal di Jepang yang bergerak di bidang advertising, jadi saya sangat ingin bisa berbahasa Indonesia dan mempelajari keseharian dari orang-orang di Indonesia, agar saya dapat mengajarkan Bahasa Indonesia di negara saya serta menjadi konsultan dalam memberikan informasi tentang kehidupan di Indonesia," Jelas Urano Risa.
Darmasiswa sendiri merupakan program beasiswa yang ditawarkan kepada semua mahasiswa asing dari negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia untuk belajar Bahasa Indonesia, seni dan budaya dalam durasi satu tahun.
Tujuan utama dari program Darmasiswa adalah untuk mempromosikan dan meningkatkan minat terhadap bahasa dan budaya Indonesia di kalangan pemuda negara-negara sahabat.
Program ini juga dirancang untuk memberikan hubungan budaya dan pemahaman yang lebih kuat di antara negara-negara yang berpartisipasi.
“Pemerintah Indonesia ingin menjalin persahabatan dengan negara lain, persahabatan itu tidak hanya antar negara namun juga antar masyarakatnya people to people atau relationship. Dan kita ingin mengenalkan juga bahwa kita orang Indonesia punya budaya atau ciri khas kepada negara sahabat," terang Erlangga.
Selama mengikuti program, para peserta Darmasiswa akan mendapatkan bimbingan tugas-tugas agar dapat melakukan diskusi mengenai topik perkuliahan, dan melakukan penelitian mengenai berbagai hal terutama penggunaan Bahasa Indonesia, seni dan kebudayaan Indonesia.
Baca juga: Beasiswa Kedinasan D3 Akmet Dibuka, Prospek Kerja di Kemendag
Program Darmasiswa dimulai pada tahun 1974 sebagai bagian dari inisiatif ASEAN (Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara).
Pada awal berdirinya program ini hanya menerima mahasiswa dari ASEAN. Pada tahun 1976 program ini diperluas untuk mencakup siswa dari negara lain seperti Australia, Kanada, Prancis, Jerman, Hongaria, Jepang, Meksiko, Belanda, Norwegia, Polandia, Swedia, dan Amerika Serikat.
Masuk tahun 90-an, program ini diperluas lagi mencakup semua negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. Hingga saat ini, jumlah negara yang berpartisipasi dalam program ini lebih dari 135 negara.
Sementara untuk mengenalkan budaya lingkungan sekitar dan pariwisata, para peserta diajak berkeliling ke beberapa destinasi wisata. Selain itu, mereka juga akan melakukan jelajah nusantara ke beberapa destinasi wisata di berbagai provinsi.
“Mereka akan diajarkan budaya nusantara seperti membatik, bermain alat musik tradisional, tarian, dan lainnya. Karena tinggal di Malang, tentu kami akan memperkenalkan Malang di kancah internasional, baik pariwisata alam, buatan, dan sejarah di Malang Raya,” terang Sekretaris BIPA UMM Fida Pangesti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.