Penulis: Tim Kok-Bisa?
KOMPAS.com - Di tengah hiruk pikuk perkotaan, kadang kamu sesekali menyempatkan waktu untuk menatap langit bukan?
Langit yang tanpa batas di mana miliaran bintang bertebaran. Mungkin, sesekali cobalah perhatikan langit gelap itu. Mungkin saja ada galaksi, yang memiliki planet-planet yang mengelilinginya. Sama seperti Matahari kita.
Atau jangan-jangan, dalam benakmu ada pertanyaan mengenai adakah kehidupan di sana? Atau, apakah kita sendirian?
Mungkinkah suatu hari, kita bisa menjawabnya? Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin sudah ada dari saat pertama kali manusia mengalihkan rasa penasarannya ke luar angkasa. Sampai sekarang pun kita masih bertanya-tanya.
Baca juga: Buku Minggu Ini: Bedah Soal dan Materi UTBK-SBMPTN 2021
Lewat buku Ada Alien di Luar Angkasa? kita akan menyusuri petualangan manusia mencari jawaban tentang makhluk hidup di luar bumi. Selain konten yang menarik, buku ini juga dilengkapi dengan ratusan ilustrasi khas Kok Bisa yang sudah menemani teman-teman pencinta sains selama lebih dari lima tahun.
Tentang Kok-Bisa?
Kok-Bisa? adalah media edukasi yang berfokus dalam produksi konten sains dengan cara menyampaikan cerita, bukan memberikan informasi.
Kok-Bisa? sudah memproduksi lebih dari 2.000 konten edukasi yang menyenangkan dan menghibur untuk mudah dicerna oleh publik. Semenjak didirikan tahun 2015 di YouTube, kanal media Kok-Bisa? sudah mengembang baik secara daring maupun luring.
Kok-Bisa? kini dapat ditemukan aktif juga di Instagram, dan mewadahi komunitas sains bernama ANTERO yang tersebar di seluruh Indonesia.
Baca juga: Ini Biaya Kuliah di Universitas Indonesia 2021 Program S1 Reguler
Berbagai jenis lokakarya juga rutin digelar oleh Kok-Bisa?, seperti “Akademi Edukreator” dan “Kelas Kok Bisa”. Dengan total lebih dari 3 juta pengikut di internet, Kok Bisa adalah media edukasi terbesar di Indonesia.
Beragam Fakta tentang Pencarian Alien
Di buku Ada Alien di Luar Angkasa? ini ada banyak bahasan terkait kehidupan di luar angkasa. Mulai dari mengulik pandangan para nenek moyang manusia akan jagat raya. Contohnya, seperti Piramida Giza yang dibangun tepat berdasarkan susunan bintang di Sabuk Orion, atau ratusan Garis Nazca yang salah satunya membentang lebih dari 300 meter, alias setara dengan 30 bus yang berjejer.
Semakin berkembangnya teknologi, maka turut berkembanglah rasa penasaran kita. Berdirilah SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence), kelompok yang tujuan utamanya adalah mencari kehidupan di luar bumi dengan menjalankan banyak program.
Contohnya adalah SETI@home. Lewat program ini, masyarakat umum bisa meminjamkan komputer rumahan mereka untuk membantu menganalisis data yang SETI miliki. Meski sayangnya, tahun 2020 lalu program ini dihentikan karena tantangan dari segi teknologi.