Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Rempah Kluwek Mengandung Sianida? Ini Kata Pakar IPB

Kompas.com - 23/04/2021, 10:35 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Kluwek merupakan salah satu rempah pelengkap masakan Indonesia, sebut saja rawon maupun soto konro. Penyebutannya bisa berbeda setiap daerah, ada yang menyebut kluwek, ada pula yang menyebut pangi, kepayang dan sebutan lainnya.

Kluwek merupakan biji dari buah picung yang diproses menjadi bahan rempah untuk masakan. Dalam bahasa latin, tanaman picung disebut sebagai Pangium edule. Tanaman ini mirip sekali dengan pohon randu, pohonnya berukuran besar dan buah bergelantungan dengan siklus panen sekitar 8-9 bulan sekali.

Telah lama dijadikan salah satu rempah dapur, ada informasi yang beredar bahwa kluwek mengandung sianida yang berbahaya.

Baca juga: Peneliti IPB Temukan Minuman Penurun Gula Darah Berbasis Rempah

Peneliti di Southeast Asian Food and Agriculture Science and Technology (Seafast) Center Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University, Prof Nuri Andarwulan mengatakan biji dan buah picung segar memang memiliki senyawa yang mengandung sianida yang sangat tinggi yang disebut sianogenik glikosida.

Senyawa tersebut mudah melepaskan asam sianida saat daging buah dan biji terluka. Akan sangat berbahaya jika mengonsumsi daging buah dan biji ini dalam keadaan segar.

Karenanya, masyarakat biasanya menyimpan buah ini hingga busuk lalu mengambil bijinya untuk diolah menjadi kluwek.

“Buah ini memang beracun, mematikan orang kalau dikonsumsi segar karena mengandung sianida. Makanya setelah panen, biasanya buah disimpan. Setelah itu bijinya diambil dan dikumpulkan untuk dicuci bersih lalu direbus,” kata Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB University ini, dilansir dari laman IPB.

Baca juga: Peneliti IPB: Tanaman Herbal Ini Berkhasiat Redakan Asam Urat

Cara tahu kluwek layak dikonsumsi

Agar dapat menjadi kluwek, Prof Nuri menjelaskan biji buah picung terlebih dahulu direbus lalu ditiriskan. Lalu dipendam selama 40 hari menggunakan abu.

Tujuan proses tersebut selain menghilangkan kandungan sianida yang ada dalam daging biji buah picung, juga untuk mendapatkan cita rasa kluwek yang lezat sebagai bumbu masakan.

Hanya saja, dari proses tersebut, tidak selamanya berhasil. Prof Nuri mengatakan, mengolah biji buah picung hingga menjadi kluwek bisa saja gagal.

Hal itu bisa jadi disebabkan suhu saat pemendaman kluwek terlalu rendah atau dingin. Kluwek yang gagal proses biasanya berasa pahit saat dicicip.

“Kluwek yang tidak layak konsumsi, jika dipaksa untuk menjadi bumbu, maka bisa merusak cita rasa makanan. Cita rasa kluwek yang menggurihkan dan khas itu tidak akan kita dapatkan,” terangnya.

Baca juga: Cara Ampuh Usir Tikus di Rumah ala Ahli Tikus IPB

Lantas, bagaimana mengetahui kluwek yang sudah layak dikonsumsi menjadi bumbu dapur?

Prof Nuri memberikan tips memilih kluwek yang baik dengan cara yang relatif mudah. Pertama, kluwek bisa dikocok-kocok, mirip seperti saat memilih buah alpukat. Jika saat dikocok biji kluwek terpisah dengan kulitnya, bisa dipastikan kluwek baik untuk digunakan.

“Kedua, bisa juga dicicip, pahit atau tidak. Jika sudah hilang rasa pahitnya, maka kluwek aman dan siap dipadukan dengan masakan. Sementara jika pahit masih terasa, maka bisa jadi sianida masih ada,” terangnya.

Selain itu, kluwek yang sudah aman untuk dimasak bisa juga dilihat dari warna saat cangkang dibuka. Kluwek yang baik memiliki warna hitam legam mengkilap, atau merah tua kehitaman-hitaman.

Ia menyarankan agar tidak memilih kluwek yang sudah terbuka cangkangnya. Sebab jika demikian, bisa membuat kluwek menjadi berbau tengik sebab teroksidasi oleh udara yang masuk karena biji kluwek mengandung minyak sangat tinggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com