Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Mengapa Mahasiswa Harus Punya Kemampuan "Design Thinking"

Kompas.com - 05/04/2022, 16:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com – Kemajuan teknologi komunikasi di era digital saat ini memungkinkan semua orang menyampaikan gagasan dan informasi kepada khalayak luas.

Namun, seperti dua sisi mata uang, majunya teknologi komunikasi juga memunculkan bahaya terselubung bagi generasi muda.

Mereka bisa tersesat dalam derasnya arus informasi yang tak jarang mengandung hoax atau kabar bohong yang disebarkan pihak tak bertanggungjawab.

Di titik inilah, anak-anak muda Indonesia memerlukan kemampuan berpikir kritis, kreatif serta solutif dalam menyaring informasi dan menjawab permasalahan yang ada saat ini dan masa mendatang.

Baca juga: Mahasiswa Butuh Biaya Kuliah dan Hidup? Daftar Beasiswa Pertamina 2022

Cara agar generasi muda memiliki pola pikir tersebut dipaparkan oleh praktisi komunikasi Roro Ajeng Sekar Arum.

Ia mengatakan kemampuan berpikir kritis, kreatif serta mampu menghasilkan solusi adalah bagian dari metode design thinking. Metode ini, dapat diterapkan oleh generasi muda untuk mengatasi permasalahan di berbagai bidang.

Ia memberikan contoh, kasus flexing yang tengah digandrungi anak muda. Ada banyak anak muda sangat tertarik konten-konten pamer kekayaan di media sosial.

Ternyata hal semacam ini, bisa ditangkal melalui metode design thinking. “Di era industri 4.0 ini, seseorang dapat dengan mudah bercerita melalui media sosial atau platform lainnya. Namun ini dapat menjadi bumerang, karena informasi tersebut belum tentu benar," kata Roro saat mengisi Leadership Development Beswan Djarum 2021/2022 yang diikuti oleh lebih dari 520 mahasiswa penerima program Djarum Beasiswa Plus (Beswan Djarum) Angkatan 2021/2022 dari 90 universitas di Indonesia.

Contohnya konten flexing yang sedang ramai di kalangan para content creator atau influencer, informasi dari mereka belum tentu benar. Banyak influencer yang tertangkap berbohong saat melakukan flexing.

Baca juga: Beasiswa Kursus Bahasa Mandarin 2022, Tunjangan Rp 12,8 Juta Per Bulan

"Bayangkan bila kita tidak berpikir kritis, kita pasti termakan oleh kebohongan tersebut. Untuk itu, kita harus lebih berhati-hati dan harus selalu kritis dalam menganggapi informasi yang sampai kepada kita,” ujar Roro, yang juga berprofesi sebagai Digital Strategist dan Content Writer ini

Menurut Roro, dengan kemampuan berpikir kritis, seseorang akan berpikir secara perlahan dan melihat suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang.

Mereka akan mempertimbangkan data dan fakta sebelum mengambil keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil akan lebih sesuai dengan permasalahan yang ada karena dipikirkan secara matang dan hasilnya pun tidak bias.

Selain berpikir secara kritis, para generasi muda juga diharapkan mampu berpikir secara kreatif dalam menghadapi suatu permasalahan.

Dengan berpikir kreatif, seseorang mampu melihat berbagai opsi penyelesaian atas berbagai permasalahan yang ada.

Jika suatu opsi dianggap tidak sesuai dengan permasalahan dan visi yang dimilikinya, orang tersebut akan berusaha mencari inspirasi demi memunculkan ide dan gagasan baru yang lebih tepat.

Baca juga: Uang Saku Di Atas Rp 10 Juta Per Bulan, Daftar 10 Beasiswa S1-S2 Ini

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com