KOMPAS.com - Semakin canggihnya teknologi, saat ini masyarakat Indonesia diajak untuk berpindah dari TV analog ke TV digital.
Kebijakan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk secara bertahap menghentikan siaran analog sudah digaungkan sejak beberapa waktu lalu.
Hal ini tentu berdampak langsung terhadap industri media yang masih menggunakan frekuensi analog sebagai sarana transmisinya.
Menurut Pakar industri media massa Universitas Airlangga (Unair), Suko Widodo, perpindahan TV analog merupakan sebuah keniscayaan dalam dunia masa kini yang serba modern.
"Migrasi analog ke digital adalah keniscayaan sejarah, karena hadirnya teknologi baru. Selain karena perubahan ke arah yang lebih baik, juga agar tidak ketinggalan zaman," kata Suko seperti dikutip dari laman Unair, Selasa (19/4/2022).
Baca juga: Tertarik Masuk Kampus BUMN? UISI Buka Beasiswa, Bisa Kuliah Gratis
Suko menerangkan, melalui program Analog Switch Off (ASO), seluruh TV Analog akan dimatikan dan berpindah ke TV Digital dimulai bertahap tanggal 30 April mendatang.
Dengan adanya program itu, otomatis akan berdampak kepada industri media yang saat ini berada pada jalur analog.
"Secara riil, industri media analog dapat merasa keberatan. Baik dari sisi izin, teknologi, dan keterbatasan data untuk pengalihan," terang Suko.
Suko menekankan, sebenarnya kondisi ini merupakan dilema tersendiri bagi dunia industri media. Namun, untuk mengatasinya, Suko menyarankan solusi berupa bantuan pemerintah bagi stasiun TV yang belum siap untuk berpindah.
"Tugas penting bagi pemerintah, adalah agar industri TV analog sekarang tidak merasa sulit untuk menyesuaikan perpindahan menuju digitalisasi," urai anggota Dewan Pendidikan Jawa Timur 2022 tersebut.
Baca juga: Adaro Mining Buka Lowongan Kerja bagi S1/S2 Fresh Graduate
Suko menganalogikan jaringan analog sebagai lahan yang ditumbuhi oleh padi, sedangkan jaringan digital sebagai lahan padi yang memiliki luas sama namun bertumpuk ke atas.
"Jadi selain bisa memuat lebih banyak, gambar dan suara digital memiliki kualitas yang lebih baik ketimbang memakai jaringan analog," urai Suko.
Selain efektivitas, lanjut Suko, pengalihan itu juga membuka peluang bisnis yang besar.
"Dengan terbukanya kesempatan-kesempatan dalam berbisnis di media, maka akan menciptakan ratusan ribu tenaga kerja, dan juga menghasilkan pajak yang dapat menambah devisa negara," imbuh Suko.
Baca juga: Lowongan Kerja BUMN Telkom Indonesia bagi D4/S1, Buruan Daftar
Persaingan yang ketat antara pemilik bisnis media, juga akan mendorong variasi, inovasi serta kreativitas dari penyelenggara TV.
"Karena kreativitas sejatinya menjadi modal bagi sumber daya manusia untuk meniti karier di dunia digital, dengan begitu bisa menghasilkan tayangan-tayangan inovatif," tandas Suko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.