KOMPAS.com - Saat berpelesir ke suatu tempat, berwisata kuliner menjadi salah satu kegiatan wajib. Jika dahulu cenderung diabaikan, gastronomi kini berubah menjadi kontributor pengembangan industri kreatif dan industri pariwisata.
Bukan tanpa sebab, penyebaran video memasak hidangan-hidangan di media sosial, khususnya YouTube, sangat memengaruhi pengembangan wisata budaya berbasis makanan dari seluruh pelosok tanah air.
Merunut dari sejarahnya, dokumen gastronomi nusantara pertama ditemukan dari tokoh emansipasi wanita yaitu RA. Kartini yang menyimpan lebih dari 200 resep masakan khas keluarga.
Baca juga: Antropolog UGM Jelaskan Tradisi Mudik, Mulai Dikenal Era 70-an
Dokumen kedua ditemukan dari seorang nyonya Belanda yang hobi memasak yang menerbitkan buku berisi 1.381 resep yang dikumpulkan selama tinggal di Indonesia.
Pada tahun 1967, Presiden Soekarno menerbitkan buku Mustika Rasa yang berisi 1685 hidangan mengenai bahan pangan yang digunakan masyarakat Indonesia, penanganan dan cara pengolahannya (resep) menjadi berbagai hidangan yang digolongkan menjadi makanan pokok (45 resep), lauk pauk (899 resep), sambal-sambalan (63 resep), kudapan (647 resep), serta minuman (31 resep).
Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Vokasi Tata Boga pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Marwanti pada Senin (25/4/2022) mengatakan, maraknya aktivitas bisnis kuliner merupakan salah satu bagian kegiatan gastronomi. Hal ini tentunya bertujuan untuk mempromosikan produk dan pengalaman lokal yang khas.
Menurutnya, gastronomi mencerminkan budaya, warisan, dan tradisi masyarakat. Pesatnya aktivitas bisnis kuliner khas dari berbagai wilayah Nusantara tak terlepas dari adanya dorongan keingintahuan masyarakat tentang sosial budaya makanan pada suatu daerah tertentu.
Baca juga: Rahasia Izza, Siswa yang Lolos di 10 Kampus Dalam dan Luar Negeri
Maka dari itu, adanya kegiatan gastronomi menjadi bentuk untuk mempromosikan pemahaman di antara budaya yang berbeda, dan membawa masyarakat lebih dekat dengan tradisi makanan yang diminati.
“Dalam konteks gastronomi Indonesia, makanan Nusantara dianggap sebagai local genius warisan dan martabat nenek moyang bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai karakter bangsa untuk membangun keberlanjutan kehidupan manusia,” tambahnya seperti dilasir dari laman UNY.
Di daerah sekitar destinasi wisata, kegiatan gastronomi tak hanya berperan sebagai warisan budaya, namun juga membantu menciptakan lapangan kerja. Gastronomi dimanfaatkan menjadi sektor strategis untuk menciptakan usaha baru bagi masyarakat. Pada akhirnya, hal ini berdampak pada peningkatan pendapatan rumah tangga.
Menurut wanita kelahiran Sleman, 13 Maret 1957 ini, wisata gastronomi secara umum mengacu pada orisinalitas hidangan dan keasliannya pada suatu tempat, wilayah, atau negara. Pada akhirnya, kegiatan wisata gastronomi bukan hanya sekadar makan enak, melainkan merasakan pengalaman makan dan minum yang unik.
Baca juga: Peneliti Unair Hadirkan Produk Herbal Obati Gula Darah dan Kolesterol
Sayangnya, hingga saat ini nilai kearifan lokal yang dimiliki tiap-tiap daerah dan etnis tereduksi, sehingga membuat pengembangan wisata gastronomi masih mengalami kendala.
Selain itu, masyarakat urban yang berada di kota-kota besar di Indonesia juga semakin jarang bersentuhan dengan identitas kelokalan mereka. Maka dari itu, wisata gastronomi perlu dikembangkan seiring perkembangan sosial budaya di tengah-tengah masyarakat.
Menurut warga Sinduadi Mlati Sleman ini, aktivitas wisata gastronomi bukan hanya sekadar mencicipi makanan, namun lebih luas dari itu.
Aktivitas gastronomi dapat berupa mengunjungi produsen makanan, festival makan, restoran dan tempat-tempat khusus yang berhubungan dengan beberapa makanan spesial sekaligus dengan mencicipi hidangannya, mengamati proses produksi dan persiapannya atau makan hidangan khusus dari tangan koki yang sangat terkenal serta melihat bagaimana hidangan tertentu sedang disiapkan.