KOMPAS.com - Proses belajar seorang anak memang tidak bisa dipukul rata. Setiap anak memiliki proses dan cara yang berbeda satu sama lain.
Tidak peduli seberapa efektif atau sekeras apapun anak belajar, jika pola pikir yang dimiliki bersifat fixed mindset maka performa belajar anak tidak akan maksimal.
Fixed mindset merupakan semacam jebakan psikologis ketika seseorang menilai kecerdasan atau kemampuan orang lain sebagai sesuatu yang bersifat “tetap” alias fixed.
Misalnya terdapat satu anak yang berpikir “duh orang ceroboh kayak aku pasti nggak jago matematika.” Pola pikir skeptis seperti ini yang disebut sebagai fixed mindset.
Baca juga: Marak Aksi Bullying, Aktivis Pendidikan: Anak Mencontoh Guru-Orangtua
Terkadang, anak yang mengalami hal ini dianggap sekadar kekurangan motivasi, padahal bisa jadi akar masalah sebenarnya adalah fixed mindset yang menghambat dia untuk berkembang.
Sementara di sisi lain, melansir dari situs resmi Multimedia Nusantara Polytechnic pada Jumat (03/12/22), secara singkat, seseorang disebut memiliki growth mindset apabila percaya pada kemampuan yang dimiliki untuk bisa menjadi lebih baik lagi.
Selain itu, percaya bahwa kesuksesan bergantung pada waktu dan usaha, serta suka menerima tantangan. Orang-orang seperti ini mengerti bahwa kemampuan dirinya bisa dibentuk.
Melansir dari situs resmi Multimedia Nusantara Polytechnic pada Jumat (03/12/22), orangtua dan lingkungan sekitar memiliki peranan penting agar anak-anak memiliki pola pikir yang bertumbuh.
Membantu anak mengenal potensi diri bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti di bawah ini.
Baca juga: 6 Tanda Anak Cerdas Secara Emosional dan Cara Mengoptimalkannya
Jangan lupa memberikan penghargaan pada setiap usaha, strategi, dan proses yang dilewati oleh anak.
Akui bahwa ia telah berusaha semaksimal mungkin, walaupun hasilnya masih belum sebaik itu.
Tingkatkan rasa percaya diri anak dengan menunjukkan kepercayaan bahwa ia bisa memiliki masa depan yang baik.
Hal ini bisa diungkapkan melalui kata-kata yang memotivasi seperti, “Aku yakin kamu bisa melewatinya perlahan”.
Baca juga: Maudy Ayunda: Sekolah Jadi Rumah Kedua, Guru adalah Orangtua Ketiga
Ketika sudah berusaha, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, jangan menganggap hal tersebut sebagai kegagalan.
Dalam hidup wajar mengalami kesalahan.