KOMPAS.com - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) baru-baru ini memanfaatkan
Articial Intelligence (AI) buat pengembangan motif batik.
Inovasi AI untuk pengembangan motif batik ini dikembangkan Dosen Program Studi Prodi Informatika Agus Eko Minarno.
Ia menceritakan awal mula menggunakan AI untuk motif batik. Sejak tahun 2012 Agus, sapaan akrabnya konsisten untuk melakukan penelitian motif batik.
Kemudian, saat ia belajar berbagai motif batik, Agus juga tertarik dengan kecanggihan teknologi AI.
Baca juga: Dosen UMM Sebut Makanan yang Dibakar Sebabkan Kanker
AI yang sedang ia kembangkan diharapkan mampu memberikan motif baru. Apalagi di dunia batik ada istilah stagnasi, yaitu kebanyakan motif yang digunakan masih sama.
"Adapun teknologi generative adversarial networks (GANs) yang digunakan, bisa mengembangkan dan bahkan mengombinasikan motif-motif yang ada menjadi motif yang baru," kata Agus dilansir dari laman UMM.
Lebih lanjut ia menjelaskan, nantinya program yang ada akan diberi input agar bisa membuat motif yang diinginkan.
Misalnya, jika ada motif A dan motif B, AI akan mengombinasikan dan menggabungkannya menjadi batik baru yang menarik.
“Dengan GANs, komputer belajar mengidentifikasi motif-motif yang sudah ada dan mengembangkannya menjadi motif yang baru. Ini juga bermanfaat sebagai simulator bagi desainer dalam menggabungkan dan mengkombinasikan motif. Melalui teknologi ini, dalam satu detik dapat menghasilkan sekitar 100 motif baru,” tambahnya.
Baca juga: Apakah Minum Suplemen Dapat Merusak Ginjal? Ini Penjelasan Dokter UGM
Penelitian Agus telah sampai pada proses mengumpulkan data set yang nantinya dijadikan buku-buku terkait batik dan filosofinya.
Sampai saat ini ada lebih dari 202 kain batik yang sudah didigitalisasi. Dalam melaksanakan penelitian, ada lebih dari 35 volunteer yang turut membantu.
Ia juga bekerjasama dengan Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (PPBI) Sekar Jagad, pengrajin, serta dosen-dosen Prodi Informatika UMM, serta para kolektor.
Dosen yang sedang melanjutkan studi doktoral ini melanjutkan bahwa tantangan yang ia hadapi adalah mengumpulan data set.
Baca juga: Dosen UMM Beri Tips Membangun Rumah Tahan Gempa
Hal itu karena banyak batik klasik yang hanya dimiliki oleh sedikit kolektor.
Maka, kerjasama dengan PPBI menjadi solusi yang bagus untuk mengumpulkan berbagai hal.
“Semoga akan lebih banyak lagi motif batik yang dapat dikumpulkan sehingga batik bisa banyak dikenal dengan mudah. Pun dengan pengembangan AI ini bisa membantu pengusaha dan desainer batik untuk membuat motif-motif baru dan menaikkan angka penjualan,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.