Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Praktisi Pendidikan: Orangtua Harus Peduli Kesehatan Mental Anak

Kompas.com - 20/04/2023, 17:00 WIB
Dwi Oktariana,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Isu pendidikan keluarga dan kesehatan mental menjadi topik yang banyak diperbincangkan dalam beberapa waktu terakhir.

Topik kesehatan mental sendiri juga menjadi penting dalam praktek pendidikan keluarga dan perkembangan anak.

Founder organisasi yang bergerak pada bidang pendidikan keluarga Keluarga Kita, Najelaa Shihab menjelaskan bagaimana perhatian akan pendidikan di lingkungan keluarga mulai meningkat saat pandemi covid-19 merebak pada 2020 lalu.

“Urgensi dari pendidikan keluarga sesudah pandemi ini semakin terasa. Dibandingkan kluster lain mungkin pendidikan keluarga ini bertambahnya berkali-kali lipat,” ujar Najelaa dalam kesempatan acara kumpul media dan komunitas pendidikan keluarga yang diadakan Keluarga Kita di Jakarta, Kamis (13/4/2023).

Baca juga: Mentor Fellowship Siap Kembangkan Talenta Digital Muda Indonesia

Lebih lanjut, Najelaa menyebutkan bahwa isu kesehatan menjadi salah satu pembahasan yang sering dikhawatirkan oleh orangtua dan komunitas yang bergerak dalam pendidikan keluarga.

Menurutnya, kesadaran orangtua dan keluarga terhadap topik kesehatan mental anak masih sangat jauh tertinggal.

“Sebenarnya kita tidak cuma bilang kalau (membicarakan kesehatan mental) pada anak itu tabu. Orangtua sendiri pun ada dalam kondisi yang belum ideal. Kenapa? Karena ekosistemnya pun bukan ekosistem yang ideal,” tutur Najelaa.

Pengasuhan anak yang tepat sebagai pendidikan keluarga menjadi salah satu poin penting dalam menjaga kesehatan mental dan perkembangan anak.

Baca juga: Pembelajaran Berbasis Bermain Kembangkan Potensi Anak PAUD

Pengasuhan yang dilakukan orangtua di rumah memerlukan keterampilan, terutama dalam mengikuti perkembangan zaman.

Dalam kesempatan yang sama, Najelaa juga menjelaskan mengenai miskonsepsi dalam pemerataan kesempatan pendidikan di Indonesia.

Menurutnya, pemerataan kesempatan pendidikan bukan berarti menyamaratakan proses belajar bagi seluruh anak.

Pemerataan kesempatan pendidikan berarti seluruh anak mendapatkan akses pendidikan berkualitas yang sama tanpa melihat demografi ataupun kondisi ekonomi.

Baca juga: Tes Calistung Dihapus untuk Masuk SD, Kemendikbud: Agar Anak Tak Stres

“Meningkatkan pemerataan kesempatan pendidikan justru berarti memberikan intervensi yang berbeda pada input dan proses agar hasil belajar setiap siswa bisa sama baiknya,” jelas Najelaa.

Selain itu, hal-hal yang berada di luar kendali anak seperti wilayah pendidikan dan kondisi ekonomi keluarga juga harus menjadi pertimbangan bagi para pemangku kebijakan dalam merancang kebijakan pendidikan.

Kebijakan pendidikan yang dibuat juga perlu dirancang dan diimplementasikan secara beriringan dan menyeluruh agar pemerataan kesempatan pendidikan dapat tercapai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau