Tangani PAUD Secara Holistik-Integratif!

Kompas.com - 22/10/2013, 15:44 WIB
Oleh: Gutama

KOMPAS.com - Mempersiapkan generasi emas Indonesia adalah kebijakan Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Semua komponen diharapkan terlibat dan bekerja sama menyukseskan gerakan ini.

Generasi suatu bangsa seperti jaring yang saling menyambung, mulai dari generasi yang baru lahir, tumbuh menjadi muda, kemudian berubah menua. Demikian hal itu terus berputar seiring waktu berjalan.

Berbicara mengenai generasi mendatang, tentu kita berharap mereka merupakan generasi emas yang mencintai Indonesia sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Generasi emas dapat diindikasikan sebagai generasi yang berkualitas, dalam arti sehat, cerdas, berpengetahuan luas, berakhlak mulia, berkarakter positif/baik termasuk di dalamnya jujur, kreatif, dan disiplin, serta mencintai bangsa dan negaranya.

Untuk menyiapkan generasi emas, pendidikan harus diberikan kepada anak bangsa di setiap jenjang generasi. Lazimnya, pendidikan dimulai dari SD hingga duduk di perguruan tinggi. Namun, karena dasar pembentukan generasi yang berkualitas sudah terjadi sejak anak lahir, bahkan sejak dalam kandungan, maka pendidikan mau tidak mau harus sudah dimulai sejak usia dini. 

Sesuai Undang Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Negara memberikan layanan pendidikan kepada setiap warga Negara sejak usia dini. Dengan pendidikan, kita dapat menyiapkan generasi emas yang tangguh, hebat, dan tentu berkomitmen meneruskan budaya Indonesia dan cita-cita luhur bangsa. Dalam hal ini, pendidikan bukan hanya berupa ilmu pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga berupa karakter untuk membentuk perilaku positif.

Mengelola pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu tugas besar yang diemban Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemdikbud). Tugas ini dilatarbelakangi oleh tanggung jawab Negara dalam menyiapkan generasi penerus NKRI.

PAUD mencakup anak usia 0-6 tahun. Kemdikbud memfasilitasi pendidikan bagi anak-anak usia dini dalam bentuk taman kanak-kanak (TK), kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), dan satuan PAUD lainnya yang sejenis.

Namun, menangani anak usia dini haruslah sesuai dengan tahap tumbuh-kembang anak. PAUD bukan untuk mengajar anak seperti di sekolah, melainkan lebih sebagai wahana memberikan kesempatan kepada anak untuk melejitkan seluruh potensi kecerdasannya melalui pendekatan bermain sambil belajar.

Idealnya, PAUD tidak boleh hanya memperhatikan aspek pendidikannya, melainkan secara simultan (berbarengan) juga harus memperhatikan semua aspek yang diperlukan dalam keseluruhan tumbuh-kembang anak seperti gizi, kesehatan, dan perlindungannya. Dengan kata lain, PAUD harus bersifat holistik.

Namun, karena selama ini sudah banyak program dan upaya yang dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk menangani anak usia dini (posyandu, bina keluarga balita, bina iman anak, sekolah minggu, kelompok bermain, taman penitipan anak, taman kanak-kanak, raudhatul athfal, bustanul athfal, dan lainnya, maka agar penanganan PAUD bisa lebih bersifat holistik perlu diintegrasikan dengan berbagai program layanan anak usia dini yang sudah ada.  
Misalnya, posyandu yang lebih menekankan program layanan di bidang gizi, kesehatan dan pengasuhan dapat diintegrasikan dengan PAUD.

Demikian juga keberadaan institusi atau prasarana layanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas (termasuk para dokter, ahli gizi dan perawat/mantrinya) bisa diberdayakan untuk bersama-sama memberikan layanan/pemeriksaan gizi dan kesehatan kepada anak-anak usia dini di satuan-satuan PAUD yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu perlu juga PAUD mengundang dokter puskesmas untuk memeriksa anak sekaligus mendidik orang tua dan guru tentang cara menangani gizi dan menjaga kesehatan anak.

Bermain Sambil Belajar

Mengingat pentingnya pertumbuhan anak di usia dini, orang tua perlu memahami tahap-tahap tumbuh-kembang anak. Misalnya pada saat anak masih dalam kandungan, orang tua perlu mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana menjaga kesehatan anak sebelum lahir, pemenuhan gizi yang baik, dan juga bagaimana memberikan stimulasi (rangsangan) pendidikan yang tepat kepada anak yang masih dalam kandungan. Demikian juga setelah anak lahir, selain memberikan ASI dan merawat atau mengasuh, orang tua harus tahu juga misalnya apa saja yang perlu dilakukan untuk membantu berfungsinya seluruh indera anak.

Terkait hal ini, Kemdikbud mendukung melalui pendidikan keorangtuaan, atau lebih dikenal dengan parenting education. Selain itu, program ini juga memperkenalkan kepada orang tua agar bisa belajar memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, seperti  bagaimana mengelola rumah tangga, dan bagaimana bisa mendapatkan tambahan penghasilan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau