Mendikbud: Inilah Kebangkitan Kaum Duafa!

Kompas.com - 04/03/2014, 11:04 WIB
Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sepuluh tahun lalu masyarakat tentu sulit membayangkan anak-anak dari keluarga miskin bisa kuliah di fakultas teknik sebuah perguruan tinggi, apalagi fakultas kedokteran. Hambatan yang pasti menghalangi anak-anak itu untuk meraih cita-citanya adalah keterbatasan biaya.

Namun, ketika Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) meluncurkan program Bidikmisi, yaitu beasiswa bagi anak-anak miskin berprestasi, harapan anak-anak mewujudkan cita-citanya melalui bangku kuliah itu menjadi nyata. Kesempatan itu terbuka luas untuk mereka.

Tahun ini, Bidikmisi sudah memasuki tahun kelima dan telah dinikmati oleh 149.768 mahasiswa. Jumlah tersebut akan terus ditingkatkan agar lebih banyak anak-anak miskin yang terbantu mewujudkan apa yang dicita-citakannya.

Tidak terbatas di perguruan tinggi negeri (PTN), Bidikmisi juga terbuka untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi swasta (PTS). Saat ini, sudah ada 98 PTN dan 590 PTS bekerjasama dengan Bidikmisi.

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan apresiasinya pada program beasiswa untuk rakyat miskin tersebut. Pada acara silaturahim Presiden dengan mahasiswa Bidikmisi di Jakarta 26 – 28 Februari yang lalu, Presiden meminta para mahasiswa peraih Bidikmisi untuk berjuang mengurangi kemiskinan.

"Teruslah belajar dengan gigih, raih prestasi setinggi-tingginya, buatlah karya yang mengagumkan, dan bawalah Indonesia pada kejayaan," kata Presiden memberi semangat.

Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh berharap, dalam waktu lima sampai sepuluh tahun mendatang akan lahir lulusan Bidikmisi dengan gelar master dan doktor.

"Dengan begitu, mereka bisa mengangkat harkat dan martabat keluarga dan keluar dari rantai kemiskinan. Itulah yang disebut dengan kebangkitan kaum duafa," ujar Nuh.

Mendikbud mengatakan, pengelolaan program Bidikmisi juga terus diperbaiki untuk meningkatkan kualitas layanan. Hasil evaluasi program Bidikmisi setiap tahunnya selalu dijadikan rujukan dalam perbaikan penyelenggaraan program tersebut.

Sebagai contoh, lanjut Mendikbud, mulai 2013 lalu penyaluran dana Bidikmisi dilakukan secara langsung ke rekening mahasiswa penerima melalui bank penyalur. Mekanisme tersebut merupakan mekanisme baru hasil evaluasi tahun sebelumnya.

Sebelumnya, dana Bidikmisi disalurkan Ditjen Dikti Kemdikbud ke mahasiswa penerima melalui perguruan tinggi. Begitu juga dibukanya kerja sama PTS, merupakan wujud peningkatan layanan program Bidikmisi, karena beberapa tahun yang lalu Bidikmisi hanya bekerjasama dengan PTN.

"Di tahun kelima ini, telah banyak mahasiswa Bidikmisi yang sukses menyelesaikan studinya. Telah banyak anak-anak dari keluarga miskin penerima Bidikmisi yang mampu memutus rantai kemiskinan di keluarganya," ujar Mendikbud.

Seperti diberitakan sebelumnya di Kompas.com, Dini Nurlelasari menjadi salah seorang penerima Bidikmisi yang berhasil meraih gelar sarjana. Baca: Dini, Peraih Beasiswa Bidikmisi Pertama Lulusan Unpad.

Dini diwisuda pada Agustus 2013 lalu dan hanya memerlukan waktu 2 tahun 11 bulan untuk menyelesaikan studinya di Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Padjadjaran.

Dini, yang lulus dengan IPK 5,9 tersebut, mengaku sangat berterima kasih dengan digulirkannya program Bidikmisi. Program beasiswa ini telah memberinya kesempatan berkompetisi di bangku kuliah. Kelak, Dini mengatakan, ia ingin mewujudkan cita-citanya menjadi dosen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau