Maaf... Anda Tak Pantas Meraih Beasiswa!

Kompas.com - 06/03/2015, 18:05 WIB
Latief

Penulis

ROTTERDAM, KOMPAS.com - Saat membuat surat motivasi (motivation letter) banyak pelamar dianggap gagal (failed) meraih beasiswa karena tak bisa memberikan gambaran tentang relevansi antara program studi pilihannya dan yang ingin dilakukannya setelah lulus kuliah. Bahkan, ada juga yang melakukan tindakan plagiat atau istilahnya "copy paste" dari surat motivasi milik orang lain.

Sebetulnya, pentingkah surat motivasi (Motivation Letter) itu? Apa sulitnya untuk membuat surat untuk mengungkapkan motivasi diri?

Marlindah J. S.A, alumnus Belanda dari Universitas Utrecht, dalam presentasinya 'Bagaimana Menulis Surat Motivasi yang Baik' di Holland Scholarship Day 2015 di Erasmus Huis Jakarta, mengatakan bahwa surat motivasi atau biasa disebut dengan Statement of Purpose merupakan surat pernyataan pribadi yang mengungkapkan mengenai diri kita sebenarnya.

"Di situ kita tuliskan apa saja yang telah mempengaruhi perjalanan karir kita, professional interest kita, apa rencana berikutnya baik pada saat menulis Statement of Purpose tersebut, dan setelah menyelesaikan studi kita di perguruan tinggi yang akan kita tuju," ujar Marlindah.

Marlindah mengatakan, surat motivasi harus bisa memberikan gambaran mengenai latar belakang dan "goals" yang dapat memengaruhi lamaran agar dapat diterima di perguruan tinggi tujuan si pelamar. Dari situ akan terlihat keseriusan seorang pelamar menerima beasiswa dan studi di negara pemberi beasiswa.

M Latief/KOMPAS.com Para mahasiswa Indonesia di Erasmus University, Rotterdam, Rabu (4/3/2015).
Kontribusi

Pertanyaannya, sedemikian pentingnya surat motivasi perlu diperhatikan calon pelamar beasiswa? Tentu saja, penting. Menurut Marlindah, sebuah surat motivasi yang baik akan meningkatkan kesempatan si pelamar untuk dapat diterima di perguruan tinggi atau universitas tujuan studinya.

Kedua, surat tersebut juga akan membantu si pelamar meningkatkan "penampilan" keseluruhan dari aplikasinya ke perguruan tinggi tersebut. Ia akan "menjual" kekuatan pada dirinya.

"Yang pasti, sangat membantu kita sebagai si pelamar untuk membuat aplikasi kita menjadi strong application, sebagai kandidat kuat. Andalah yang pantas mendapatkan beasiswa itu, bukan orang lain," ujarnya. 

Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Ario Sudiro, mahasiswa Indonesia peraih beasiswa yang kini tengah menimba ilmu di Fakultas Ekonomi (ESE) Erasmus University Rotterdam, Belanda. Ario adalah satu-satunya penerima beasiswa StuNed (Studeren in Nerdeland) dari instansi swasta, yaitu Astra International di Jakarta. 

"Untuk pengembangan karir, itu sudah pasti. Tapi, secara pribadi saya ingin berkontribusi luas terhadap pembangunan Indonesia dari sisi ekonominya. Itu motivasi saya. Saya fokus pada sisi sumber daya manusianya. Menurut saya, perusahaan bagus itu dilihat dari SDM-nya. Human capital di perusahaan itu benar-benar diperhitungkan. Modal dan teknologi bisa dibeli, tapi SDM harus dipupuk, harus dibentuk," ujar Ario kepada KOMPAS.com, Rabu (4/3/2015) di Erasmus University Rotterdam.

Hal serupa juga dipaparkan Rinaldy Pradana, mahasiswa S-2 di Institute For Housing and Urban Development Studies (IHS), Erasmus University Rotterdam. Peraih beasiswa StuNed yang berstatus sebagai staf di Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, itu mengatakan bahwa kontribusi yang harus dituliskan di surat motivasi harus jelas dan relevan.

"Kemampuan dan pengalaman saya harus saya kontribusikan pada pekerjaan nanti sepulang studi. Contohnya, di Indonesia banyak proyek dibangun kemudian hanya menjadi monumen yang tak terpakai. Rumah susun contohnya, kerap terbengkalai karena operasionalnya tidak diperhatikan. Itu konsentrasi saya, salah satunya," ujar Rinaldy.

Terkait hal itu, Koordinator Beasiswa Nuffic Neso Indonesia, Indy Hardono, mengatakan bahwa rendahnya budaya menulis para pelajar Indonesia cukup mempengaruhi hal tersebut. Anak-anak Indonesia tak terbiasa mengungkapkan pendapatnya dalam bentuk tulisan, termasuk untuk mengungkapkan motivasinya sendiri dalam meraih beasiswa dan pilihan studi.

"Dari motivation letter itu sangat mudah kelihatan si pelamar serius atau tidak studi ke Belanda. Saya akui, banyak diantara pelajar tak terbiasa mendefinisikan motivasinya sendiri," katanya.

Baca juga: Untuk Masa Depan Anda Saja "Copy Paste", Apalagi untuk Negara?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau