Tidak ada! Bahkan, dalam kamus bahasa Belanda, arti ‘Nederland’ pun maknanya cukup melekatkan Belanda sebagai Negara yang punya kelemahan, yaitu ‘tanah yang rendah’.
Tak berlebihan, tentu saja. Karena memang, 2/3 bagian dataran Belanda ada di bawah permukaan laut. Tak ada hutan lebat seperti di Kalimantan dan Papua, apalagi gunung-gunung hijau seperti Semeru, Rinjani, atau Kerinci.
Lalu, kenapa Belanda begitu maju? Kenapa orang berbondong-bondong begitu bangga ingin berwisata ke sana? Mengapa sepakbola mereka tergolong tim kesebelasan papan atas dunia, yang mengekspor banyak pemain berkelasnya ke klub-klub besar Eropa?
Pertanyaan lain, kenapa banyak pelajar internasional mau menimba ilmu di negeri kecil yang "tak ada apa-apanya" dibanding Indonesia ini?
Berdasarkan catatan Nuffic Neso Indonesia, setiap tahun sekitar 1.200 mahasiswa Indonesia berada di Belanda untuk menempuh studi gelarnya. Total mahasiswa internasional belajar di Belanda selama 2012-2013 ada lebih dari 90,500 pelajar. Mahasiswa asing di Belanda paling banyak berasal dari Cina dan Jerman, sementara Indonesia ada di urutan ke sebelas.
Belanda adalah Negara kecil yang terbukti bisa "survive" dengan segala keterbatasannya. Tanpa sumber daya alam yang bisa dibanggakan seperti halnya Indonesia, Belanda jauh lebih maju dari Indonesia.
Boleh jadi, orang-orang Belanda hidup di bawah permukaan laut. Tapi, terbukti mereka lebih unggul dalam urusan water management hingga orang Indonesia pun harus “berguru” ke Belanda untuk belajar soal tata kelola air. Di mana salahnya?
Catatan lainnya, hingga saat ini pendidikan tinggi di Belanda memiliki reputasi di seluruh dunia berkat kualitasnya. Kualitas itu dijamin melalui sistem peraturan dan jaminan kualitas nasional.
Undang-undang Belanda, yaitu Undang-Undang Pendidikan Tinggi dan Penelitian, menyatakan bahwa program gelar yang ditawarkan oleh institusi pendidikan tinggi harus dievaluasi terhadap seperangkat kriteria tertentu dengan menilai isi dan tingkat studinya. Bukan program yang mengada-ada atau gonta-ganti. Pasalnya, program sarjana dan master yang memenuhi kriteria akan diakreditasi atau diakui secara resmi oleh Organisasi Akreditasi Belanda dan Flander (Accreditation Organization of the Netherlands and Flanders (NVAO).
Anda hanya akan diberikan gelar yang diakui setelah menyelesaikan program studi gelar yang telah terakreditasi. Sistem akreditasi ini diciptakan agar program studi pendidikan tinggi di Belanda memenuhi standar tertinggi.
"Di Belanda, para pelajar berada dalam lingkungan belajar internasional yang multikultur. Itu sudah pasti. Bukan cuma multibudaya dalam pergaulan antar sesama pelajarnya, tapi juga dosen-dosennya," ujar Koordinator Beasiswa Nuffic Neso Indonesia, Indy Hardono, kepada KOMPAS.com, Rabu (4/3/2015), usai pertemuan dengan mahasiswa Indonesia di Erasmus University, Rotterdam.
Indy mengakui, "kultur akademik" di Belanda sangat menguntungkan untuk pelajar Indonesia. Dosen-dosen di sini sangat egaliter.