Jangan Takut Hadapi MEA, SDM Berkualitas Internasional Sudah Disiapkan!

Kompas.com - 24/12/2015, 21:02 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis


KOMPAS.com
– Tinggal menghitung hari, tahun 2015 segera berlalu. Saat pergantian tahun, perayaan heboh biasanya diadakan di berbagai tempat. Pesta kembang api disiapkan, jamuan santap bersama orang tercinta juga masuk agenda.

Namun, ada yang berbeda di perayaan tahun baru kali ini. Tak hanya menyambut kedatangan tahun 2016, masyarakat Indonesia pun harus mengucapkan selamat datang pada datangnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia akan diuji secara terbuka bersama sekitar 633 juta penduduk ASEAN lain.

Kabar buruknya, rapor sektor SDM berdasarkan survei yang diadakan Bisnis Indonesia pada 2014 masih di angka merah. Sekitar 60 persen dari 200 koresponden yang merupakan pelaku bisnis setingkat direksi, direktur, dan komisaris di Indonesia menyatakan bahwa SDM dalam negeri tidak kompetitif. (Kompas.com, Rabu (15/10/2014)

Tapi, jangan berkecil hati. Kabar baiknya, industri Indonesia berpeluang menghasilkan SDM berkualitas asal kita terus melakukan perbaikan berkesinambungan atau dalam bahasa Jepang dikenal sebagai "kaizen".

Salah satu strategi yang menggunakan filosofi ini adalah Quality Control Circle atau Gugus Kendali Mutu (GKM). GKM adalah suatu sistem dalam manajemen usaha yang bertujuan meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan mutu produksi agar daya saing produk meningkat. Sitem ini fleksibel diaplikasikan dalam sektor industri apapun.

Solusi "kilat"

Permasalannya, hingga kini masih ada kesenjangan antara standar kebutuhan SDM industri dan kapabilitas para jebolan sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Alhasil, ketika terserap industri, perusahaan masih harus melakukan serangkaian pelatihan demi meningkatkan kompetensi mereka.

"Selama ini pengembangan SDM menjadi rumit dan sulit karena ada gap antara apa yang diajarkan dan dialami," jelas Bob Azam, Direktur Administrasi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) saat ditemui Kompas.com di kantornya, Jumat (18/12/2015).

Menurutnya, GKM merupakan salah satu strategi cepat untuk mengembangkan SDM jika perusahaan ingin menggenjot kualitas hasil produk. Kenapa begitu?

Di dalam perusahaan, GKM biasa dilakukan dalam kelompok kecil, terdiri dari 3-8 karyawan berasal dari unit sama. Fokusnya adalah mengasah karyawan untuk proaktif mengidentifikasi, mengurai, lalu mencari solusi dari permasalahan yang kerap dihadapi dalam keseharian kerja mereka.

"Selesai mendapat induksi (pelatihan awal), karyawan baru akan langsung bekerja dan terlibat dalam GKM. Di sini dia mencontoh senior-seniornya. Bagaimana proses (GKM), mulai dari menemukan tema (permasalahan) untuk diperbaiki, kemudian dari tema itu dia cari apa akar permasalahannya," ucap Bob.

Bob menilai, solusi tersebut lebih efektif ketimbang harus melakukan pelatihan karyawan secara individu ataupun kelompok di ruangan kelas dalam waktu tertentu.

"Bayangkan, karyawan baru Toyota (tiap tahun) ada 3000. kita harus siapkan berapa (kelas)? Berapa bulan kita harus menyiapkan itu? Tapi dengan GKM, (pengembangan SDM) bisa dilakukan serentak. Senior menularkan ilmunya kepada yang junior," tuturnya.

Fleksibel

Tak hanya TMMIN, GKM juga bisa diadopsi perusahaan lain yang jumlah karyawannya lebih sedikit. Salah satu contohnya adalah PT Menara Terus Makmur. Perusahaan yang berdiri sejak 1986 ini telah lama menyokong kebutuhan komponen mobil dan sepeda motor industri otomotif Indonesia, termasuk TMMIN.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau