"Mendikbud harus tegas terhadap standar pendidikan dari sekolah-sekolah yang mengklaim sebagai sekolah internasional, tetapi dengan kualitas pendidikan dan guru tidak memadai. Kami minta Mendikbud menindak sekolah ini," kata Christovita Wiloto, orangtua murid yang anak-anaknya bersekolah di SWA, Selasa (31/5/2016).
Christovita mengaku bahwa aksi protes orangtua murid terkait kinerja SWA memang sudah sering terjadi. Pada 2013 lalu, sempat terjadi demo besar yang memprotes sikap otoriter pihak pemilik sekolah yang memecat CEO Sinarmas World School, John McBryde. Padahal, para orangtua murid menilai McBryde merupakan kunci keberhasilan pendidikan di sekolah ini.
Setelah McBryde, gelombang pemecatan pun dilakukan terhadap para guru lain yang umumnya berasal dari Amerika, Eropa, dan Australia. Guru-guru itu dinilai memiliki kompetensi yang baik dan diyakini para orangtua murid sangat membantu murid-murid.
Christovita mengatakan, setelah McBryde dan para guru lain keluar hingga jumlahnya lebih dari 30 orang, para orangtua murid pun beramai-ramai mengeluarkan anak-anaknya dari SWA. Jumlahnya mencapai sekitar 200 murid.
"Selain karena sikap sewenang-wenang pihak sekolah terhadap guru asing, para guru ini dikeluarkan tanpa melihat kesulitan mereka untuk segera pulang ke negaranya masing-masing. Ini kan mencoreng reputasi pendidikan Indonesia di kalangan internasional," ujarnya.
Setelah itu, lanjut Christovita, para guru tersebut digantikan oleh guru-guru yang dinilainya "asal comot" dan berkualifikasi jauh lebih rendah dari guru sebelumnya. Di sisi lain, biaya pendidikan pun terus dinaikkan.
"Dulu uang sekolahnya sekitar Rp 100 juta, dinaikkan menjadi Rp 200 juta. Kalau tidak membayar tepat waktu dinaikkan Rp 50 juta. Padahal, guru-guru yang dipakai mengajar di sana tidak lagi seperti pada tahun-tahun awal," tuturnya.
Adapun SWA berdiri di lahan seluas 51.946 meter persegi di Jalan Pahlawan Seribu, CBD Lot XV, Kelurahan Cilenggang, Serpong, BSD City, Tangerang. Sekolah tersebut diperkenalkan kepada publik pada 3 November 2007.
Sekolah ini "menghadirkan" kurikulum IB dan menggunakan laptop Apple Macintosh generasi terbaru untuk murid-muridnya. Christovita mengakui sangat menyayangkan kejadian tersebut dilakukan pihak SWA.
"Anak-anaknya ini mau lulus, tidak mungkin memindahkan anak-anak begitu saja ke sekolah lain. Sekarang saya benar-benar menyesal, seperti tersandera seperti saat ini," ujarnya.
Terkait berita ini, Sinarmas World Academy mengirimkan surat hak jawabnya kepada Kompas.com.
Baca: Sinarmas World Academy: Kami Tidak Otoriter
Sinarmas World Academy selalu melakukan upaya maksimal dalam memfasilitasi peserta didik agar dapat menumbuhkembangkan potensi yang dimilikinya. Sebagai bagian dari Lembaga Pendidikan di Indonesia, Sinarmas World Academy berkomitmen mengembangkan pendidikan dalam rangka menyiapkan generasi-generasi yang berkualitas yang siap menghadapi tantangan ke depan.
https://edukasi.kompas.com/read/2016/05/31/12431771/sinarmas-world-academy-kembali-disorot-mendikbud-didesak-bertindak