Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mayangsari Tantang Tes DNA

Kompas.com - 18/02/2008, 08:44 WIB

Soegito, yang dikenal sebagai dalang kondang di eks Karesidenan Banyumas, memiliki lima istri. Empat di antaranya telah diceraikan. Kini dia hidup dengan Ny Rusmirah, wanita kelima yang dinikahinya, di Desa Keniten, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas.
Dari lima perkawinanitu, Soegito dikaruniai 13 anak, 29 cucu, dan 5 cicit. "Cucu saya yang ke-29, ya... Khiran itu," katanya.

Soegito mengatakan, merupakan kebanggaan tersendiri bagi dirinya karena Mayang telah dikarunai keturunan. "Kalau ada pihak-pihak lain yang mempermasalahkan anak Mayang, ya biarkan saja. Itu hak mereka. Saya tahu, di balik itu ada yang membiayai. Yang membiayai itu punya maksud, agar Mayang tidak hidup bahagia bersama anaknya," ujarnya. Saat didesak, dia tak mau menyebut pihak yang membiayai gosip itu.

Apa pun yang dibicarakan orang, soal tes DNA atau apa pun, Soegito yakin bahwa Khirani adalah anak Mayang-Bambang. "Apa pun omongan orang, biarkan saja. Saya sayang sama Khiran, Mayang, dan Mas Bambang," ujarnya.

Kini, ujar Soegito, ujian sedang dihadapi Mayang. Soegito berharap, semoga Mayang tabah menghadapi hal ini dan tetap tegar menghadapi berbagai isu miring yang menimpanya. Dalam kondisi seperti itu, Soegito justru selalu memberi kekuatan moral lewat nasihat-nasihat kepada Mayang.

"Saya menasihati Mayang agar tidak usah menanggapi kabar miring itu. Mayang manut dengan nasihat saya. Saya juga menekankan kepada Mayang, bahwa kebenaran tidak akan terkalahkan oleh perbuatan jahat. Dan tetaplah berpegang teguh kepada niat baik, sebab mereka yang membuat luka hati Mayang pasti akan menuai perbuatannya," katanya.

Ibaratnya, lanjut Soegito, dalam peribahasa Jawa, sing nandur mesthi ngundhuh. Wong nandur pari, mesthi panen pari, dudu panen jagung (yang menanam pasti memanen. Orang menanam padi, pasti memanen padi, bukan jagung -Red). "Artinya, mereka yang membuat luka dan membiayai untuk membuat orang lain susah, maka akan menuai perbuatan yang setimpal itu. Pokoknya, kalau nggawe ala (berbuat jahat), ya akan diganjar tumindak ala (perbuatan jahat) juga oleh Yang Kuasa. Saya percaya dengan peribahasa Jawa itu dan saya yakin Tuhan pasti akan memperingatkan mereka yang memusuhi Mayang," katanya.

"Jadi, ya biarkan saja lah. Toh kabar miring itu nanti akan hilang dengan sendirinya. Saya dan keluarga besar Mayang di Purwokerto, tidak terlalu menanggapi kabar miring itu. Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu," ujar Soegito.

Manuver Mayang
Ketika keluarga cendana berkabung atas kepergian mantan presiden Soeharto, ayah Bambang pada 27 Januari lalu, Mayang dan Khirani, datang ke Cendana. Kedatangannya menjadi pembicaraan hangat bahkan ia sempat diusir oleh keluarga Cendana.

Sejauh ini, status Khirani masih "mengambang" karena lahir dari pernikahan siri. Sementara untuk mendapatkan akta kelahiran yang mencantumkan nama orangtua, berarti Bambang dan Mayang harus menikah sesuai hukum negara.

Bambang diberitakan pernah meminta ke Mayang agar menjalani tes DNA buat Khiran. Namun Mayang, konon malah marah-marah dan menuduh Bambang tidak mepercayai Mayang. "Kalau memang benar Khiran adalah anak mereka, buktikan saja, tidak harus marah-marah. Toh, akta kelahiran di zaman sekarang bisa dibuat, meskipun nama dari ayah tidak dicantumkan," ujar sebuah sumber yang dekat dengan Cendana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com