Oleh: Yuni Ikawati/Wartawan Harian Kompas
Bermodal otak cemerlang, pengetahuan luas, serta semangat pantang menyerah saja tidak cukup. Perlu jiwa yang peka terhadap masalah di sekitar untuk mewujudkan sebuah inovasi. Meski masih belia, para peneliti remaja telah membuktikannya.
Udara sejuk Bukittinggi tidak selalu membuat nyaman warganya. Salah satunya Hayuzurma, ibu dari tiga anak yang telah beranjak remaja. Setiap menjelang senja ia mulai dihantui penyakit yang belum tersembuhkan, alergi udara dingin. Begitulah, gangguan itu terus mengusiknya hingga keesokan pagi.
”Ibu tidak pernah tidur nyenyak karena gatal-gatal di tubuhnya. Makanya ibu kerap bangun kesiangan. Padahal ibu harus memasak dan mengurus kami,” ungkap Bayu Mazhar, anak keduanya, yang berusia 14 tahun. Rumah kayu sederhana yang mereka huni memang tak menolong menghangatkan ruangan kala udara dingin menyergap.
Membeli mesin penghangat ruangan tentunya sangat sulit bagi ayahnya, Masrizal, yang hanya seorang penyapu kandang di kebun binatang kota itu.
Rasa iba kepada ibunya yang menderita sekian lama mendorong Bayu, siswa kelas III SMPN 4 Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, bersama teman sekelasnya, Juan Rifqhi, mendesain alat berupa kotak penghangat ruangan.
Kotak itu dipasang tepat di antara genteng dan langit-langit kamar. Bagian atas kotak dicat hitam untuk menyerap panas, sedangkan bagian dalam kotak itu ditutupi
Pembuatan kotak tersebut menggunakan prinsip radiasi, konduksi, dan konveksi—yang diajarkan gurunya, Asnafil Manaf. Pelajaran Fisika memang mata pelajaran favorit Bayu sejak kelas I SMP dan karena itu nilai di rapornya selalu antara 8 dan 9. Karena itu pula, Bayu yang bercita-cita menjadi guru Fisika mengikuti kelompok ilmiah remaja sejak kelas I SMP.
Berdasarkan informasi tentang material dan sistem penyimpan panas yang didapat lewat internet dan bimbingan guru di kelompok ilmiah remaja, tahun lalu ia mendesain kotak pemanas tersebut. Ayahnya lalu memanggil tukang untuk mewujudkan rancangan Bayu dan memasang kotak itu di atas kamar ibunya. ”Sejak Januari tahun lalu, begitu kotak pemanas itu jadi, ibu tidak lagi mengeluh gatal-gatal dan selalu bangun subuh,” ujarnya.
Berkat rancangannya tersebut, Bayu Mazhar dan Juan Rifqhi meraih juara I Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) tahun 2009 tingkat SMP/MTs untuk bidang teknologi.