Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa Minati Penelitian Aplikatif

Kompas.com - 20/11/2009, 12:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Siswa berminat pada penelitian-penelitian aplikatif yang memanfaatkan potensi keanekaragaman hayati lokal hingga limbah. Temuan-temuan ilmiah sederhana dari siswa Indonesia itu potensial dikembangkan untuk menjawab persoalan-persoalan yang ada di masyarakat.

Aditya Wicaksono dari SMAN 1 Sewon, Bantul, Yogyakarta, peserta Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI), di Jakarta, Kamis (19/11), mengusulkan perlunya menyebarluaskan briket arang sampah untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak pada masa depan. Pembuatan briket sampah dari bonggol jagung, sekam padi, dedaunan, hingga serbuk kayu merupakan cara memanfaatkan energi alternatif yang ramah lingkungan.

”Briket arang sampah tidak kalah bersaing dengan minyak tanah dan LPG. Seharusnya pemakaian briket arang sampah disebarkan ke masyarakat. Bahan-bahannya mudah ditemui dan justru membantu pengurangan sampah,” kata Aditya.

Siswa SMAN 1 Denpasar, Bali, meneliti kandungan antibiotik rumput laut. ”Diduga rumput laut mempunyai kandungan antibiotik yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia,” kata Eka Kristi Permatasari. Potensi rumput laut di Indonesia cukup besar.

Ana Fatchuliyah, siswa MAN 3 Kediri, memanfaatkan baterai telepon seluler bekas menjadi senter. ”Daripada jadi limbah yang merusak lingkungan, lebih baik dimanfaatkan untuk keperluan lain,” ujar Ana.

Budaya keilmuan

Kegiatan OPSI diadakan untuk merangsang tumbuhnya minat dan potensi penelitian bagi siswa Indonesia. OPSI dilaksanakan Direktorat Pembinaan Sekolah SMA Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Program ini merupakan pengembangan dari Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) yang dikemas menarik dilengkapi dengan pameran hasil penelitian.

Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh saat pembukaan OPSI mengatakan, lomba penelitian seperti ini bukan sekadar ajang untuk menampilkan hasil karya siswa. Namun, yang lebih mahal adalah menguji logika-logika yang berkembang.

”Prosedur-prosedur yang dituangkan dan semuanya itu bagian dari kaidah keilmuan, kaidah pengembangan, dan ujung-ujungnya kita berharap tumbuh budaya keilmuan,” kata Nuh.

Para peserta dari 89 sekolah menggelar poster dan pameran hasil penelitian di stan-stan. Selanjutnya, para peserta akan mempresentasikan hasil penelitian mereka kepada dewan juri melalui wawancara di lokasi pameran. Penilaian mencakup makalah terbaik, display terbaik, dan interaksi terbaik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau