Kepala Pusat Medis Makati di Kota Makati, Filipina, Dr. Henry Lu, menyebut beberapa faktor, seperti genetika, jenis kelamin (perempuan lebih rentan), usia, infeksi, trauma masa kecil, stres atau distres yang berlangsung menetap, dan faktor biologis diyakini menjadi penyebab gangguan ini. Namun, tetap saja tak ada satu pun dokter yang bisa menyatakan penyebab yang pasti. Sampai sekarang tidak ada kesepakatan ilmiah perihal penyebab fibromyalgia.
Tak ada kelainan
Sulitnya diagnosis ini, menurut Dr. Henry, akibat tidak adanya kelainan fisik yang menandai penderita setelah dilakukan berbagai pemeriksaan medis. "Berbeda dengan penyakit lain seperti rematik yang dapat dikenali lewat peradangan pada sendi, fibromyalgia talk memberi petunjuk apa-apa," tuturnya. Tes laboratorium sekalipun tak banyak membantu, walau pemeriksaan ini dapat memisahkan diagnosis lain.
Pasien fibromyalgia yang menyambangi dokter menceritakan gejala yang berlingkup luas, misal adanya gangguan tidur, kelelahan berlebih, badan kaku, gangguan suasana hati, flu, sakit kepala, atau badan serasa lemah sekali.
Di Indonesia, pasien rata-rata mengalami sembilan gejala. Sekurang-kurangnya dari sembilan itu ada satu gejala yang terkait dengan nyeri. Yang jelas, ada satu hal .yang menandai penyakit ini, yaitu nyeri tak tertahankan yang tersebar luas menjangkiti kedua sisi tubuh bagian atas dan bawah serta tulang belakang. Nyeri ini berlangsung terus-menerus selama lebih dari tiga bulan.
Atau sekurangnya ada 11 titik dari 18 titik tubuh yang terasa nyeri berlebih saat disentuh. "Walaupun hanya sekadar disentuh, tidak ditekan atau dicubit," ujar Henry.
Prof. Pradit menyebutkan, sekitar 8 dari 10 pasien yang mengalami nyeri sendi, nyeri punggung bawah, dan nyeri kronis yang menyebar luas melaporkan gejala-gejala tersebut sebagai gejala yang ekstrem atau sangat mengganggu.
Tak heran bila, "Hampir tiga perempat pasien atau sekitar 74 persen yang disurvei menyatakan fibromyalgia menyebabkan kualitas kerja memburuk," kata Prof. Pradit. (GHS/Abdi Susanto)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.