Menurut Kepala SMA Negeri 10 Surabaya Sukron, pihaknya sudah melaporkan kepada Dinas Pendidikan Surabaya mengenai dua siswanya yang berkebutuhan khusus dan peserta UN 2010.
Kepala Dinas Pendidikan Jatim Suwanto pernah menjelaskan, soal berhuruf braille memang tidak diadakan. Sebab, kebutuhannya sedikit. Biaya pengadaannya cukup mahal dan anggaran terbatas. Karenanya, bila diperlukan, siswa berkebutuhan khusus boleh didampingi guru.
Guru dan percaya diri
Meskipun dipisahkan dari teman-temannya selama UN, Rizki tetap bersemangat. Perempuan kelahiran 20 Januari 1992 itu berharap bisa kuliah di Jurusan Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Surabaya. Sebab, Rizki ingin menjadi guru bagi tunanetra.
"Saya pengen ngajari anak tunanetra untuk berani sosialisasi. Sebab, banyak orangtua temanku yang tidak ingin mengeluarkan anak mereka karena malu," tutur Rizki yang memilih SMA Negeri 10 yang merupakan sekolah inklusi setelah lulus dari SMP YPAB, Gebang, Surabaya.
Kesulitan selama belajar di sekolah inklusi terbayar dengan tumbuhnya percaya diri Rizki. Dia tegar menempuh pendidikan. Apalagi, Rizki bersama teman-temannya sudah mempersiapkan diri dengan berbagai latihan soal serta uji coba, bahkan ditambah les. (RAD)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.