Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan Sejarah Dalam Selembar Kartu Pos

Kompas.com - 17/04/2010, 13:38 WIB

Namun, fungsi penting kartu pos yang mungkin terlewatkan banyak orang adalah kemampuannya merekam perubahan sebuah kota. Hal itulah yang coba diangkat Sudarsono melalui bukunya yang dihubungkan dengan peringatan hari ulang tahun ke-200 Kota Bandung tahun ini.

Dalam buku setebal 316 halaman itu terdapat sebuah kartu pos bergambar Masjid Agung Bandung dengan tahun cetakan 1920-an. Di kartu pos itu terlihat pohon beringin di alun-alun sebagai latar depan. Barisan delman tampak ramai parkir di depan masjid yang masih berkubah gaya bale nyungcung.

Di halaman sebelahnya ada kartu pos yang diproduksi sekitar 1950-an dengan gambar masjid yang sama, tetapi bentuk kubahnya berubah menyerupai bawang. Dalam keterangan di bawah gambar kartu pos itu disebutkan, perubahan bentuk kubah merupakan usulan Presiden Soekarno sebagai persiapan Konferensi Asia Afrika tahun 1955.

Tengok pula kartu pos bergambar rumah tinggal di pojok Jalan Merdeka dan Jalan LL RE Martadinata yang kini telah berubah fungsi sebagai toko kue dan roti Holland Bakery.

Dalam kartu pos yang diproduksi sekitar tahun 1900-an itu terlihat sebuah menara dengan atap berbentuk limas. Di atas gambar kartu itu ada foto yang menunjukkan suasana di lokasi tersebut pada 2006. Menara beratap limas itu sudah tidak tampak lagi.

Menurut Sudarsono, kartu pos dan benda filateli lain, seperti prangko dan sampul hari pertama, akan bermakna bila pengumpulnya memiliki ketertarikan terhadap hal yang tersirat dalam obyek benda filateli tersebut.

"Tahun produksi (benda filateli) bisa menjadi kunci untuk mendalami apa yang terpampang. Ambil contoh seri prangko Konferensi Asia Afrika. Sudah banyak yang tahu kalau konferensi itu digelar di Gedung Merdeka. Tapi, dengan penelusuran lebih jauh, kita bakal lebih tahu bahwa konferensi tidak diselenggarakan di gedung itu saja,"kata penulis yang sudah menghasilkan empat buku itu.

Dalam buku itu Sudarsono mengakui bahwa prangko atau kartu pos belum diakui sepenuhnya sebagai sumber sejarah. Namun, tidak bisa dimungkiri bahwa gambar-gambar yang terpampang dan kalimat yang tersurat menjadi saksi perubahan sebuah kota dan tentu saja perjalanan kehidupan manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com