Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Mahasiswa Tidak Simpatik

Kompas.com - 12/05/2010, 21:32 WIB

Beberapa menit lalu saya menelepon Rudy Thehamihardja, seorang pengamat transportasi, untuk berkeluh kesah. Kata-katanya masih mengiang di telinga saya. Apakah ada kendaraan umum dalam konvoi demonstrasi itu? Ada kok. "Lantas, apa mereka pikir berhak begitu saja menggunakan kendaraan umum di jam-jam petang, saat warga kesulitan angkutan umum?," kata Rudy.

Ucapan Rudy membuat saya berpikir keras. Dia berkata benar. Kita sering kali lupa bahwa di tengah kelangkaan angkutan umum di Ibu Kota ini, para demonstran kerap kali merebut hak rakyat untuk pulang dengan nyaman lantaran tiada angkutan umum di rute-rute tertentu! Demonstrasi sesungguhnya adalah hak tiap warga, tetapi jangan sampai merebut hak warga lainnya atas pelayanan transportasi.

Dan, apakah mahasiswa tadi memikirkan hal ini? Apakah mereka sadar bahwa penumpukan warga di halte-halte bus mungkin ada korelasinya dengan langkanya angkutan umum karena mereka gunakan untuk konvoi. Apakah mahasiswa berpikir? Apakah mereka sadar? Saya benar-benar tidak tahu.

Paling memprihatinkan buat saya adalah ketika dua kendaraan dari konvoi kendaraan para demonstran mengantre, dan saya mendengar beberapa mahasiswa berjaket biru bernyanyi, "Jakarta macet... Jakarta macet... Ja... karta macet." Nyanyian itu didengar puluhan pengendara motor yang terjebak dan belasan pengemudi mobil. Jadi, mungkinkah aksi mereka menimbulkan simpati. Saya sudah bilang berkali-kali, saya tidak tahu!

Yang saya tahu karena saya melihat, saya mendengar, dan saya merasakan bahwasanya aksi mereka makin memacetkan Ibu Kota ini, yang sebenarnya tanpa aksi mereka pun sudah macet.

Sebenarnya, saya sungguh menaruh hati untuk para korban tragedi Trisaksi. Namun, aksi mahasiswa hari ini menodai simpati saya, simpati siapa pun juga. Bila mereka gentleman, mungkin esok hari kita akan melihat surat pembaca yang intinya adalah permintaan maaf mahasiswa kepada rakyat atas kemacetan yang mereka timbulkan.

Akankah mereka gentlemen? Saya sungguh-sungguh tidak tahu....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com