Nana mengakui, biaya akses internet cukup mahal, padahal lokasi warung internet (warnet) cukup jauh dari tempat tinggal mereka, sehingga akan menyulitkan pendaftaran. "Banyak yang mengeluhkan kalau sekali akses biayanya bisa sampai Rp10.000. Bayangkan jika mereka harus berkali-kali ke warnet untuk mengakses situs pendaftaran," katanya.
Belum lagi, kata dia, dalam penyelenggaraan PPD RSBI tahun lalu juga sempat terjadi kemacetan situs pendaftaran. Padahal, saat itu adalah pengumuman hasil seleksi siswa.
Namun, Nana berjanji kendala-kendala tersebut tidak akan terjadi lagi tahun ini, apalagi pihaknya saat ini bekerja sama dengan PT Telkom untuk menangani hal itu.
Jumlah SMA RSBI di Kota Semarang bertambah satu pada tahun ini, yakni SMA Negeri 2 Semarang, sedangkan SMP tetap tiga, SMP Negeri 2, SMP Negeri 5, dan SMP Negeri 21 Semarang.
"Sebenarnya, ada dua SMP lagi yang diproyeksikan mendapatkan status RSBI, yakni SMP Negeri 9 yang tinggal menunggu surat keputusan (SK) dan SMP Negeri 18 Semarang," katanya.
Nana mengatakan, SMPN 9 Semarang akan segera ditetapkan menjadi RSBI dalam waktu dekat. Sementara itu, SMP Negeri 18 masih menunggu hasil evaluasi dan monitoring dari pusat.
Kini, dengan bertambahnya sekolah-sekolah berstatus RSBI di Kota Semarang itu, peluang besar SMP dan SMA RSBI dalam menjaring siswa baru tentunya akan semakin terbagi. Ditanya tentang persaingan antarsekolah berlabel RSBI dalam menjaring siswa baru, Nana mengatakan persaingan adalah hal wajar dan harus disikapi secara positif.
"Boleh saja bersaing, apalagi kalau persaingan itu dilakukan dengan cara memamerkan keunggulan yang dimiliki, bukan bersaing dengan menggunakan hal-hal negatif," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.