Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perburuan Paus Lamalera, Tradisi Dunia

Kompas.com - 29/05/2010, 02:47 WIB

”Lamalera milik dunia, bukan hanya milik Indonesia. Jadi, dunia pun harus menyelamatkan warisan budaya ini. Saat ini tradisi perburuan paus secara tradisional hanya ada di Indonesia dan Kanada. Jadi, kalau ingin melihat atau belajar berburu paus secara tradisional, ya ke Lamalera,” kata Kataro.

Perburuan paus di Lamalera bukan sebuah perburuan barbar untuk memenuhi naluri kebinatangan, melainkan sekadar menaklukkan makhluk yang lebih lemah tanpa batas. Tradisi Lamalera menunjukkan peradaban luhur yang sarat nilai.

Tradisi perburuan paus Lamalera diawali misa arwah yang digelar pada Jumat, 30 April, untuk memperingati arwah nelayan Lamalera yang tewas dalam perburuan paus. Sejak tahun 1970, ada sekitar 30 nelayan yang meninggal. Korban sebelumnya tidak terhitung.

Keesokan harinya, Sabtu, 1 Mei, tepat pukul 07.00 Wita, digelar Misa Lefa. Misa berlangsung di tepi Pantai Lamalera, persis di depan Kapela Santo Petrus, yang diapit 27 rumah adat. Sekitar 200 warga hadir dalam upacara itu.

Seusai Misa Lefa, perahu prasso sapang sepanjang 6 meter dan lebar tengah 1,5 meter didorong 14 pria dewasa ke laut setelah diperciki air berkat oleh Pastor Paroki Lamalera Yacobus Dawan Pr. Pelepasan prasso sapang ini membawa pesan kepada makhluk laut bahwa mereka membutuhkan hewan besar untuk barter di pasar.

Perahu pun mengarungi Laut Lamalera atau Laut Sawu. Sekitar 50 meter dari bibir pantai, layar prasso sapang dinaikkan. Tahun perburuan paus pun dimulai. Tanggal 1 Mei ditetapkan sebagai hari tahun baru nelayan Lamalera.

Menurut Pastor Dr Yan Perason Bataona SVD (67), tokoh kehormatan warga Lamalera, tradisi unik Lamalera ini sudah ada sejak 400-500 tahun silam sebelum gereja Katolik masuk.

Dalam tradisi ini semangat solidaritas terus dipupuk, misalnya melalui pembagian tangkapan. Untuk perburuan kali ini, tangkapan paus dibagikan kepada semua kampung Lamalera yang terdiri atas 1.740 jiwa (466 keluarga). Pembagiannya disesuaikan dengan peran dan strata sosial mereka. Bagian jantung paus, misalnya, untuk yang menikam paus pertama kali dan semua keluarga anggota suku pemilik perahu. ”Saya juga mendapatkan bagian tenarap (ekor) dan fadar (pangkal ekor paus),” kata Kepala Suku Bediona Abel Onekala Beding, yang juga sebagai atamola, arsitek perahu, serta pemilik Peledang Menula Belollo dan Kelulus.

Pada era global yang terbuka ini, warga Lamalera memang tidak bisa menutup diri dari arus luar. Perubahan budaya tak terelakkan. Contoh sederhana adalah cara berpakaian anak-anak remaja. Perempuan Lamalera yang biasanya mengenakan sarung, kefatek, khususnya pada upacara adat, sekarang cenderung mengenakan celana panjang dengan berbagai model.

Dalam konteks itu, mungkinkah tradisi perburuan paus ini bertahan? Menurut tokoh suku Lelaona dan Tuan Perahu Praso Sapang, Martinus Huku, saat ini hanya ada 20 perahu yang masih aktif beroperasi. Jika melihat data 466 keluarga di Lamalera, tidak sampai 5 persen penduduk masih mempertahankan perahu perburuan paus. Apakah ini indikasi mulai pudarnya tradisi tersebut?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

Inaugurasi dan Dies Natalies Institut Teknologi Del 2024, Prof. Bob Foster Ingatkan Urgensi Kewirausahaan

Inaugurasi dan Dies Natalies Institut Teknologi Del 2024, Prof. Bob Foster Ingatkan Urgensi Kewirausahaan

Edu
Unkris dan USPU Rusia Jalin Kolaborasi Tri Dharma Perguruan Tinggi

Unkris dan USPU Rusia Jalin Kolaborasi Tri Dharma Perguruan Tinggi

Edu
Rawat Daya Kreativitas, Dosen FSRD IKJ Gelar Pameran “Experience”

Rawat Daya Kreativitas, Dosen FSRD IKJ Gelar Pameran “Experience”

Edu
Prodi Arsitektur President University Unjuk Gigi di Simposium Internasional Kyoto

Prodi Arsitektur President University Unjuk Gigi di Simposium Internasional Kyoto

Edu
Bentuk Transparansi, BINUS School Simprug Gelar Pertemuan dengan Orangtua Murid untuk Jelaskan Kronologi Dugaan Bullying

Bentuk Transparansi, BINUS School Simprug Gelar Pertemuan dengan Orangtua Murid untuk Jelaskan Kronologi Dugaan Bullying

Edukasi
Tiga Calon Rektor UI 2024-2029 Siap Maju Debat Publik, Siapa Saja?

Tiga Calon Rektor UI 2024-2029 Siap Maju Debat Publik, Siapa Saja?

Edu
17 Kampus Akreditasi Unggul, Kemenag Targetkan 50 Persen Sisanya Bisa Menyusul

17 Kampus Akreditasi Unggul, Kemenag Targetkan 50 Persen Sisanya Bisa Menyusul

Edu
Survei: Metode Pembelajaran Interaktif Tingkatkan Minat Belajar Anak

Survei: Metode Pembelajaran Interaktif Tingkatkan Minat Belajar Anak

Edu
Perjuangan Ester Jadi Lulusan Termuda ITS, Tidak Ingin Bebani Orangtua

Perjuangan Ester Jadi Lulusan Termuda ITS, Tidak Ingin Bebani Orangtua

Edu
Cara Daftar Jadi Petugas KPPS Pilkada 2024, Berapa Gajinya?

Cara Daftar Jadi Petugas KPPS Pilkada 2024, Berapa Gajinya?

Edu
Hadirkan Program Inovatif, Mischka Raih Juara dan Beasiswa 'Rise For The World 2024'

Hadirkan Program Inovatif, Mischka Raih Juara dan Beasiswa "Rise For The World 2024"

Edu
UMN Jadi Tuan Rumah Ajang Kolaborasi Bisnis Mahasiswa Antarnegara 2024

UMN Jadi Tuan Rumah Ajang Kolaborasi Bisnis Mahasiswa Antarnegara 2024

Edu
Apakah Lulusan SMK Bisa Masuk Akmil?

Apakah Lulusan SMK Bisa Masuk Akmil?

Edu
Busana Karya 3 Siswa SMK Tampil di Ajang Fesyen Front Row Paris 2024

Busana Karya 3 Siswa SMK Tampil di Ajang Fesyen Front Row Paris 2024

Edu
Daya Saing SDM Indonesia Terbaik Ketiga Se-Asia Tenggara

Daya Saing SDM Indonesia Terbaik Ketiga Se-Asia Tenggara

Edu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau