Ombak yang menyapu habis Dusun Muntei Baru-baru kini hanya menyisakan lantai ubin rumah Jersanius dan ubin ratusan rumah warga lainnya. Lantai ubin rumah kepala dusun tersebut Rabu lalu dimanfaatkan sebagai helipad atau landasan tiga helikopter yang digunakan rombongan Wapres.
Ia mengaku berada di luar rumah saat gempa bumi terjadi. Meski demikian, dia tetap masuk ke dalam rumah.
”Tiba-tiba bunyi gemuruh wur... wur.... Cepat sekali. Sekitar sembilan menit ternyata ada ombak besar. Awalnya, cuma setinggi beberapa meter. Namun, tiba-tiba datang terjangan ombak lagi setinggi pohon kelapa. Saya terus berenang menuju hutan,” kata Jersanius.
Ditambahkan, sebenarnya kalau gulungan ombak datang dari arah pantai, dia dan ratusan warganya mudah menyelamatkan diri dengan berlari satu arah menuju kawasan hutan yang daerahnya lebih tinggi dibandingkan dusunnya.
”Akan tetapi, gulungan ombak seperti berputar-putar dan mengelilingi kami sehingga sulit untuk melarikan diri ke hutan. Sana-sini ombak memutar- mutar sehingga banyak yang tertelan ombak,” tambah Jersanius.
Ia tidak ingat lagi ketika istri dan anaknya juga tertelan ombak. Kini, dia dan beberapa penduduk dusun yang tersisa serta anggota tim SAR disibukkan dengan proses pemakaman 67 jasad warga di lahan miliknya.
Di sisi lain, pikirannya terus dihantui harapan akan penemuan jasad istri dan anaknya. (suhartono)