Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pak Guru dan Solidaritas Merapi

Kompas.com - 30/11/2010, 04:14 WIB

Saat melintas di Lapangan Samiran, yang menjadi pos pengungsian warga Selo, sekitar pukul 20.00, ia melihat masih ada beberapa orang tua dan perempuan yang kebingungan. Rupanya mereka tertinggal saat ada relokasi pengungsi ke daerah yang lebih aman. Maklum, pos pengungsi yang disiapkan pemerintah itu hanya berjarak 4,5 km dari puncak Merapi, bukan batas aman.

”Jadilah saya ajak mereka turun. Ada 22 orang bersesakan di mobil saya. Orang tua di dalam, sedangkan yang lebih muda usianya bergelayutan,” tuturnya.

Membeludak

Lantaran tak ada lokasi memadai, Mulyadi memutuskan menampung mereka di rumahnya. Maklum, Pemerintah Kabupaten Boyolali belum siap dengan skenario yang memburuk. Pendopo Kantor Bupati Boyolali sudah penuh, begitu pula dengan pendopo dan ruangan di DPRD Boyolali. Jumlah pengungsi malam itu membeludak hingga dua kali lipat dibandingkan hari sebelumnya.

Mulyadi dan istrinya pula yang menyiapkan makanan untuk hari pertama itu. Karpet, tikar, dan perlengkapan pribadi di rumah itu digunakan seadanya untuk menampung pengungsi.

Baru pada hari kedua Mulyadi mendapat dukungan logistik dari LBKUB. Istri Mulyadi mengoordinasi pembukaan dapur umum di Kantor LBKUB yang berjarak sekitar 200 meter dari rumah Mulyadi.

Ketika rumahnya tak lagi cukup, beberapa tetangga Mulyadi turut menyediakan rumah mereka untuk pengungsi. Total pengungsi yang ditampung Mulyadi dan tetangganya sekitar 350 orang.

Suka, duka, jengkel, sekaligus terenyuh bercampur selama 20 hari berbagi ruang. Gegar budaya dialami pengungsi yang terbiasa hidup di lereng Merapi. Dua kamar mandi dan kakus di rumah Mulyadi tak memadai untuk pengungsi sebanyak itu. Sampai-sampai istri Mulyadi mengungsi untuk mandi ke rumah tetangga.

Selain itu, beberapa perabot Mulyadi rusak. Misalnya, keran dispensernya rusak karena diputar, alih-alih ditekan. Begitu pula dengan gagang pintu kamar mandi. Malah, meja batu di halaman rumahnya juga rusak terbelah dua lantaran diduduki orang dewasa.

”Mau saya ingatkan, tetapi khawatir nanti ada kata yang tidak pas malah menusuk perasaan. Lebih baik saya diamkan, nanti juga bisa diperbaiki,” ungkapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com