Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangkit dari Keterpurukan

Kompas.com - 14/12/2010, 10:25 WIB

Untuk tingkat SMP, dari 72.450 siswa yang lulus 60,13 persen. Ironisnya, Kabupaten Ende yang dikenal sebagai Kota Pendidikan, persentase kelulusan untuk UN SMP dan SMA menempati urutan terakhir dari 21 kabupaten/kota di NTT.

Gubernur NTT Frans Lebu Raya mengakui kegagalan itu. Menurut dia, banyak guru belum memenuhi kualifikasi akademik. Dari sekitar 71.000 guru di NTT, sebanyak 31.953 orang (44 persen) lulusan setingkat SMA. Guru berpendidikan D-1 1.878 orang (2,61 persen), D-2 ada 14.295 orang (19,9 persen), D-3 4.591 orang (6,39 persen), S-1 ada 18.958 orang (26,39 persen), S-2 ada 149 orang (0,20 persen), dan S-3 hanya seorang.

Pengajar dari Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero, Pastor Dr Paul Budi Kleden SVD, mengaitkan rendahnya mutu pendidikan dengan persoalan mendasar, yaitu rendahnya motivasi dan komitmen para penyelenggara pendidikan.

”Penyelenggara sekolah tidak lagi dimotivasi kepentingan pembebasan masyarakat dari kebodohan dan kemiskinan, melainkan sekadar pemenuhan aturan pemerintah dan lahan bisnis,” ujarnya.

Sebagai ilustrasi, hasil penelitian Stimulant Institute (Lembaga Studi Perubahan Sosial dan Pengembangan Masyarakat), sebagaimana diungkapkan Direktur Stimulant Stepanus Makabombu, menunjukkan, anggaran kesehatan dan pendidikan Kabupaten Sumba Timur relatif tinggi dibandingkan dengan kabupaten lain, tetapi indeks pembangunan manusia (IPM) tahun 2005-2007 kalah dibandingkan dengan IPM Kabupaten Flores Timur dan Alor yang anggarannya lebih rendah.

Menurut analisis Stimulant, hal itu akibat pengawasan di tingkat operasional kurang. Ada kecenderungan mark-up dalam pengadaan barang sehingga mutu/kualifikasi barang tidak sesuai.

Secara terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Dinas PPO NTT Yos Mamulak, didampingi Kepala Bidang Pendidikan Menengah Herman Umbu L Sagabara dan Kepala Bidang Pendidikan Dasar George A Toelle, mengakui rendahnya motivasi guru dan motivasi belajar siswa. Salah satu penyebabnya adalah sertifikasi guru.

Guru mengalami demotivasi akibat belum disertifikasi, padahal sudah memenuhi syarat, tetapi terhambat kuota. Yang sudah disertifikasi menjadi malas karena tidak ada kendali untuk menjaga kinerjanya. Adanya UN ulang membuat siswa kurang serius karena bisa mengulang jika tidak lulus.

Upaya konkret NTT untuk menebus kegagalan, menurut Umbu Sagabara, adalah mencanangkan siaga UN. Penuntasan materi pembelajaran dilakukan pada akhir Oktober. Mulai 1 November semua sekolah tingkat SMA dikondisikan seperti UN, termasuk pengaturan ruang kelasnya. Setiap hari dilakukan penguatan, pendalaman, dan perluasan materi pembelajaran hingga UN tahun depan.

Untuk meningkatkan kualifikasi guru, menurut Wakil Gubernur NTT Esthon L Foenay dan Bupati Sumba Timur Gidion Mbilijora, pihaknya telah menyediakan beasiswa bagi guru. (SEM/KOR/ATK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com