Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepercayaan, Modal Sosial Cegah Bencana

Kompas.com - 20/12/2010, 09:44 WIB

Oleh Ninuk Mardiana Pambudy

Tahun 2010 adalah tahun duka untuk Indonesia. Korban jiwa akibat bencana banjir-longsor di Wasior, Papua Barat, tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, dan letusan Gunung Merapi, Yogyakarta, 1.076 orang dan kerugian materi tak kurang dari Rp 4,5 triliun.

Kejadian bencana alam yang jumlahnya meningkat tajam tahun 2008 dan 2009 menuntut refleksi apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Yang percaya manusia adalah jagat kecil yang menyatu dengan semesta sebagai jagat besar pasti memegang konsep hidup harmonis dengan segala yang ada di muka Bumi. Dengan orang-orang terdekat, tetangga, orang satu kampung, dan seterusnya. Sebaliknya, pemimpin yang amanah adalah yang mampu membangun suasana agar rakyat merasa diperlakukan adil, dijamin hak hidup dan penghidupannya. Begitu juga terhadap alam, hidup dalam harmoni adalah kunci keselamatan dan kesejahteraan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, 65 persen kejadian bencana di Indonesia merupakan bencana hidrometeorologi, yaitu berhubungan dengan curah hujan dan iklim, berupa banjir, longsor, angin topan, serta pasang dan gelombang laut.

Bencana tersebut sebagian besar dapat dihindari. Tetapi, jangankan memenuhi kewajiban sebagai makhluk berakal budi untuk hidup seimbang dengan alam demi kebaikan manusia sendiri, memelihara harmoni di antara sesama saja kini semakin sulit. Yang kuat menindas yang lemah, yang mayoritas meminggirkan minoritas, yang berkuasa lupa kewajiban memberikan rasa aman dan tenteram rakyat. Kesewenang-wenangan itu juga tecermin dalam perlakuan terhadap alam yang imanen dan pasif. Alam pun bereaksi dengan akibat bencana.

Perubahan iklim yang disebabkan naiknya suhu permukaan Bumi adalah akibat ulah manusia. Dampaknya, perubahan pola iklim, curah hujan berlebih atau kekeringan, naiknya muka air laut, hingga meluasnya jenis penyakit.

Modal Sosial

Kerugian bencana alam yang jarang dihitung dan seharusnya menjadi perhatian adalah hilangnya modal sosial berupa rasa percaya masyarakat, terutama kepada para pemimpinnya, atas kemampuan berempati kepada korban.

Di Sumatera Barat, gubernurnya memilih pergi ke Jerman saat korban tsunami di Mentawai belum tuntas tertangani. Di Yogyakarta, masyarakat masih menunggu terwujudnya janji bantuan sapi yang diucapkan Presiden, sementara pada saat bersamaan pemerintah mengajukan RUU Keistimewaan DI Yogyakarta yang meresahkan rakyat Yogya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com