Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membangun Lewat Humanisasi Pendidikan

Kompas.com - 08/01/2011, 20:56 WIB

Meski demikian, keadaan seperti ini tak dapat dibiarkan terus-menerus. Kesabaran warga makin lama akan makin habis. Mereka manusia biasa meski relatif lebih sabar dan tawakal. Kalau kehidupan mereka sampai terjepit, mereka akan bertindak tak rasional lagi.

Mereka yang terjepit posisi kehidupannya tak punya pilihan lain, kecuali bertindak brutal melawan hukum. Kalau tetap diam bersabar, akhirnya mereka juga akan mati oleh kondisi yang terjepit. Kalau melawan hukum, mereka juga akan ditangkap dan dipenjara. Itulah buah simalakama bagi penduduk sangat miskin yang jumlahnya besar sekali di negara ini.

Hal yang diinginkan dan diperlukan oleh bangsa ini adalah reformasi sosial ketika kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa harus ditata ulang atau direformasi total dengan mengedepankan kebenaran yang hakiki. Ini dibarengi dengan keberanian bersikap kukuh terhadap prinsip kebenaran hakiki.

Harus dibentuk

Ini berarti karakter warga harus dibentuk seperti itu sehingga pada akhirnya terbentuk karakter bangsa yang kuat. Pembentukan karakter harus dilakukan melalui pendidikan, baik formal maupun informal. Namun, pendidikan kita harus dibenahi sebelum nanti mampu membangun karakter bangsa.

Saat ini kita masih menghadapi masalah dengan pendidikan kita yang tak humanis: tak menyentuh kepada manusianya, tak menyentuh kepada siswa, guru, dan tenaga kependidikan lainnya.

Sebagai contoh, adanya ujian nasional yang jelas-jelas menjauhkan pendidikan dari manusia pelaku-peserta pendidikan. Seolah terjadi dua kubu yang berhadapan, pemerintah-diknas-Badan Standar Nasional Pendidikan dengan sekolah-guru-murid. Padahal, seharusnya kedua kubu itu menyatu dalam pendidikan. Itu sebabnya sampai saat ini pendidikan kita belum bisa mencapai tingkat mutu yang tinggi.

Terlalu jauh kebijakan konsep pendidikan dengan pelaku-peserta pendidikan. Akibatnya, setiap pihak berjalan sendiri sesuai dengan keyakinan masing-masing, yang ternyata menyimpang dari makna dan hakikat pendidikan. Dengan pendidikan yang humanis, pembangunan karakter bangsa dapat dirintis secara berkelanjutan.

Untuk keberhasilan ini masih diperlukan satu unsur penting lain: kepemimpinan yang berkarakter dan menjunjung tinggi kebenaran yang hakiki. Masyarakat kita paternalistis. Sebenarnya tak sulit membimbing mereka. Artinya, kalau dibimbing ke arah yang salah, mereka juga akan ikut salah.

Satryo Soemantri Brodjonegoro Guru Besar ITB dan Penasihat Akademik Binus University, Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau