Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Alam Menggusur Manusia

Kompas.com - 28/01/2011, 05:25 WIB

Data terakhir yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, kerugian dan kerusakan akibat erupsi Merapi di DI Yogyakarta mencapai Rp 5,4 triliun, sementara di Jawa Tengah Rp 1,9 triliun. Nilai tersebut belum termasuk kerugian dan kerusakan dari bahaya sekunder banjir lahar dingin. Kabupaten Sleman merupakan daerah yang paling terkena dampak bencana Merapi, menyusul Magelang, Boyolali, dan Klaten. Sebagian besar penduduk yang terkena erupsi Merapi di empat kabupaten itu bermata pencarian di subsektor tanaman pangan dan hortikultura. Nilai kerugian sektor pertanian mencapai Rp 1,326 triliun.

Sektor pertanian (terutama persawahan) dan perikanan sangat terpukul karena banyak bangunan irigasi yang rusak berat, hanyut, ataupun terkubur sedimen dan batu-batuan. Besarnya muatan sedimen yang memasuki saluran irigasi juga menyebabkan tingginya endapan di dalam sistem irigasi. Hal ini menyebabkan rusaknya beberapa struktur bangunan dan pengendapan pada alur air yang telah menyebabkan terputusnya pasokan air ke lebih dari 16.000 hektar sawah.

Dahsyatnya dampak erupsi tidak hanya disebabkan aliran awan panas. Abu dan pasir Merapi juga merugikan peternak ikan di Kecamatan Cangkringan, Turi, Pakem, dan Ngemplak, Kabupaten Sleman. Menurut Frans Making, petugas penyuluh lapangan Balai Besar Pembenihan Ikan Ngemplak, ratusan kolam pembenihan dan pembibitan ikan di Desa Sindumartani tertutup abu dan pasir.

Kondisi air yang berhulu di Merapi keruh tertimbun material. Material yang mengandung sulfur membuat kualitas air jelek. Sebagian besar peternak ikan beralih dari usaha pembenihan dan pembibitan ke pembesaran. Budiono, peternak ikan lele di Umbulmartani, mengatakan, produksi ikannya anjlok dari lima ton jadi dua ton per hari. Tak hanya itu, kolam ikan mereka di tepi Kali Opak terancam disapu banjir lahar dingin. Achary, warga Dusun Pejambon Kidul, Sindumartani, kehilangan 20 kolam ikan. Ia masih harus mengungsikan indukan ikan di empat kolamnya yang lain.

Dampak erupsi Merapi tidak hanya dirasakan orang dewasa. Seluruh siswa SD Petung yang berjumlah 90 anak terpaksa menumpang di SD Batur yang berjarak sekitar dua kilometer. Mukiyem, warga Dusun Jambu, Kepuharjo, mengatakan, anaknya yang baru kelas satu tidak mau membaur dengan teman-teman barunya. ”Maklumlah anak-anak, takut karena belum kenal,” kata Mukiyem. Kerusakan bangunan sekolah dalam berbagai tingkatan (ringan, sedang, berat) terjadi pada 630 ruang kelas dan ruang pendukung di berbagai tingkatan pendidikan. Kerusakan terbanyak di kabupaten Sleman.

Dengan magnitude kerusakan yang sangat besar, menimpa ribuan orang dan mencakup berbagai sektor, rehabilitasi dan rekonstruksi pascaerupsi Merapi merupakan pekerjaan besar. Pemerintah memperkirakan, sejumlah dusun, seperti Petung dan Ngrakah, bahkan tidak bisa didiami lagi. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, perkiraan sementara kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi pascaerupsi Merapi sebesar Rp 2,05 triliun. Pemerintah akan mengalokasikan anggaran secara bertahap sejalan dengan upaya pembangunan kembali.

Dalam pembangunan, sebaik apa pun, penggusuran tidak bisa dihindari. Kali ini, alam yang menggusur manusia.

(DOTY DAMAYANTI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com