Mengacu pada beberapa permasalahan dalam pelaksanaan UN selama ini, usaha perbaikan sistem UN akan dilakukan pemerintah. Formula baru UN 2011 menjadi sebuah terobosan baru pemerintah untuk pendidikan di Indonesia.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh di Jakarta, Senin (13/12/2010) lalu, menyepakati, UN bukan alat seleksi utama yang menentukan kelulusan siswa. Mulai 2011, formula baru kelulusan siswa dari satuan pendidikan harus mengakomodasi nilai rapor, ujian sekolah, dan UN. Mendiknas juga menjelaskan, formula baru yang akan dilaksanakan adalah menggabungkan nilai UN dengan nilai sekolah (NS).
Nilai sekolah adalah gabungan nilai ujian sekolah ditambah nilai rapor semester 1 - 4. Selain itu, nilai gabungan antara nilai sekolah dengan UN ditetapkan minimal 5,5. Nilai sekolah dan UN mempunyai bobot masing-masing yang akan ditentukan oleh pemerintah. Bobotnya akan ditentukan, namun bobot nilai sekolah akan lebih kecil dari bobot UN.
Dengan adanya formula baru ini, Mendiknas mengatakan bahwa UN ulangan akan ditiadakan tahun depan, karena syarat atau formula yang ada saat ini lebih longgar yakni maksimum dua mata pelajaran dengan nilai 4, dan minimum 4 mata pelajaran dengan nilai minimum 4,25. Selanjutnya, nilai kelulusan siswa adalah kombinasi dari nilai gabungan dengan nilai ujian sekolah seluruh mata pelajaran.
Rencana pemerintah tersebut terdengar sangat menggembirakan. Hal ini dilakukan sebagai upaya dari pemerintah untuk memperbaiki kualitas UN yang selama ini dinilai masih perlu banyak perbaikan. Selain itu, pencapaian peningkatan mutu pendidikan baik tingkatan satuan pendidikan ataupun nasional sebagai salah satu tujuannya. Tapi pertanyaannya adalah: "Apakah formula baru UN ini akan berjalan sesuai rencana?"
Menurut kenyataan di lapangan, banyak permasalahan dalam pelaksanaan UN sejauh ini. Salah satunya adanya upaya pihak sekolah melakukan kecurangan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Inilah yang sesungguhnya hal yang perlu dibenahi.
Banyak sekolah yang hanya mengedepankan kuantitas daripada kualitas. Bisa jadi siswa yang lulus UN dengan nilai bahasa Inggris 10 sesungguhnya tidak tahu apa-apa tentang bahasa Inggris.
Efek domino
Tidak dapat dipungkiri, setiap kali menjelang UN dilaksanakan, pasti ada kecemasan luar biasa dirasakan oleh orang tua, guru, pihak sekolah, dan terutama siswa yang bersangkutan. Efek domino akan terjadi ketika ada siswa yang tidak lulus disebabkan tidak mendapatkan nilai UN sesuai standar. Siswa tersebut akan merasa malu dengan dirinya sendiri, orang tua yang bersangkutan akan malu, sekolah pun juga akan malu.
Dapat dibayangkan, apabila ada sekolah yang 100 persen siswanya tidak lulus? Siapa yang harus disalahkan, siswa, orang tua, guru, sekolah, atau pemerintah?