Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Internet dan "Celakanya" SNMPTN

Kompas.com - 21/02/2011, 12:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Lantaran akses internet yang "memble", sosialisasi mengenai seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri jalur undangan di sekolah-sekolah di Purwakarta, Jawa Barat, sangat lamban. Ini baru di Jawa Barat, bagaimana dengan di Papua Barat atau kawasan Indonesia timur lainnya?

Seperti diberitakan, selain kekurangan tenaga untuk mengumpulkan dan mengolah data siswa, kualitas akses jaringan internet di sekolah-sekolah di Purwakarta juga tidak stabil.

"Padahal, seluruh proses pendaftaran harus melalui internet," kata Kepala SMA Negeri 2 Purwakarta Marseno, Jumat (18/2/2011).

"Informasi tentang jalur undangan pun kami dapat justru dari siswa dan alumni sekolah ini. Kalau bukan karena mereka, kami tidak akan tahu," ujarnya.

Rasanya, persoalan pemerintah yang kerap tidak siap saat menerapkan kebijakan dan peraturan baru di masyarakat seperti itu bukan pertama kali terjadi. Pada kasus seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) jalur undangan tahun ini terbukti bahwa kebijakan itu tidak sepenuhnya tertangkap dengan baik oleh masyarakat karena penerapannya terkesan setengah-setengah dan tidak siap.

Melihat persoalan di Purwakarta itu, potensi masalah yang muncul pada akhirnya adalah pelaksanaan SNMPTN 2011 yang sangat diskriminatif. Pasalnya, apakah adil ketika panduan pendaftaran SNMPTN jalur undangan yang mulai digelar ini hanya dapat diunduh di laman http://undangan.snmptn.ac.id dan jelas-jelas harus dengan akses internet?

Bagi siswa yang berada di daerah perkotaan, seperti DKI Jakarta, Surabaya, dan Medan,  wilayah Indonesia bagian barat, serta beberapa kawasan di Indonesia tengah, pendaftaran SNMPTN secara online mungkin bukan masalah besar. Namun, bagi warga di kawasan Indonesia timur, cara pendaftaran ini berpotensi menjadi sebuah persoalan besar, yaitu diskriminasi.

Akses langka

Firdaus Cahyadi dari Knowledge Manager OneWorld-Indonesia pada Senin (21/2/2011) menuturkan pendapatnya kepada Kompas.com bahwa, di kawasan Indonesia timur, akses internet masih sesuatu hal langka. Rendahnya jumlah pengguna internet di kawasan Indonesia timur disebabkan oleh belum meratanya infrastruktur telematika (telekomunikasi dan informatika) di kawasan tersebut.

"Menurut buku putih ICT (Information and Communication Technology) tahun 2010 yang diterbitkan Kementerian Komunikasi dan Informatika, infrastruktur backbone serat optik belum merata di seluruh wilayah Indonesia," ujar Firdaus.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com