Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenangan Revolusi dari Kota Tobruk

Kompas.com - 08/03/2011, 06:02 WIB

Terlihat pula banyak penduduk kota Tobruk yang berkerumun melihat foto-foto dan nama-nama korban tewas warga Libya pada era rezim Khadafy itu. Rupanya foto-foto korban tewas di tangan rezim Khadafy menjadi tontonan menarik bagi penduduk kota Tobruk.

Taher lalu menunjuk sebuah bangunan yang dindingnya berwarna kehitaman, bekas dilalap api. ”Itu bangunan bekas kantor aparat keamanan dan intelijen rezim Khadafy yang dibakar massa pada 17 Februari lalu,” tutur Taher.

Di Alun-alun Syuhada itu juga dibangun semacam ”puskesmas” lapangan dalam bentuk tenda. ”Kami membangun klinik lapangan ini sejak 10 hari lalu untuk memberikan pelayanan kesehatan secara gratis kepada penduduk kota ini. Setiap hari ada saja warga yang datang untuk konsultasi kesehatan atau meminta pengobatan,” ungkap dokter Tareq yang menjaga klinik lapangan itu.

Di Alun-alun Syuhada banyak pula pamflet bertuliskan bahasa Inggris yang bersuara mendukung revolusi, seperti ”No more tribal system”, ”Libya now is in the world, capital of peace, freedom and stability”. ”Libya bersatu, tidak ada perpecahan dan tidak ada kesukuan”.

Bagi kaum revolusioner Libya, jatuhnya kota Tobruk ke tangan mereka memiliki nilai geografis, ekonomi, dan juga militer yang signifikan karena arus lalu lintas manusia atau kendaraan dari Mesir ke Libya dan juga sebaliknya pasti melintasi kota Tobruk.

Kota tersebut juga dikenal sebagai basis Angkatan Laut dan Angkatan Udara Libya sejak era monarki hingga kini rezim Khadafy.

Sejak 1960-an, Tobruk terus berkembang menjadi pelabuhan minyak penting. Ladang-ladang minyak di gurun selatan Libya dialirkan ke Tobruk melalui pipa.

Kota itu pun senantiasa menjadi incaran sejak era kolonial dahulu. Ada rumor, sejak era kolonial Italia di Libya, siapa yang menguasai kota Tobruk akan mengendalikan Afrika Utara bagian timur yang memanjang dari wilayah Libya timur hingga Mesir bagian barat.

Pada 1911, Tobruk menjadi basis militer Italia. Namun, pada masa Perang Dunia II, pasukan sekutu menduduki kota Tobruk pada 22 Januari 1941.

Kota Tobruk sering menjadi ajang pertempuran sengit antara pasukan sekutu di satu pihak dengan pasukan Italia dan Jerman di pihak lain. Pertempuran terkenal di Tobruk adalah pertempuran Gazala pada Mei 1942.

Pasukan gabungan Italia-Jerman di bawah komando Jenderal Erwin Rommel lalu kembali menguasai Tobruk pada Mei-Juni 1942.

Tobruk, dan tentunya Brega di Teluk Sirte di timur Tripoli, serta Ajdabiya di pesisir, adalah kota-kota vital bagi Libya lantaran dari kota dan wilayah inilah energi disuplai.

Kasarnya, apabila pasukan pendukung Khadafy merebut kembali kota Brega dan Tobruk, mereka akan bisa mengisolasi Benghazi—basis oposisi—tanpa persediaan gas dan energi....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau