Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tercemar Sejak Hulu

Kompas.com - 25/04/2011, 12:29 WIB

Di Kecamatan Dayeuhkolot hingga Soreang, 40-60 km dari hulu, selain pencemaran industri, juga ditambah dengan sampah domestik yang dibuang dari permukiman padat di sepanjang sungai. Kiriman sampah dari Kota Bandung yang terbawa anak sungai juga turut menjadi bagian dari pencemaran di Sungai Citarum.

Di cekungan Bandung ini, sejumlah anak sungai bermuara ke Citarum. Yakni Sungai Cikijing, Citarik, Cikeruh, Cidurian, Cikapundung, Cisangkuy, Citepus dan Cibeureum yang dijadikan tempat pembuangan limbah dan sampah oleh semua pihak. Hasil evaluasi pemantauan kualitas air oleh Perum Jasa Tirta II ditemukan zat kimia Zn, Fe, NH3-N, NO2N,H2S, Mn, BOD, COD dan oksigen terlarut melebihi baku mutu air.

“Sampah dari rumah tangga lebih mudah  terurai bila dibandingkan dengan limbah industri yang membahayakan,” ujar Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat Iwan Setiawan. Pencemaran dan sedimentasi terus berlangsung ke tengah, sekitar Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur, hingga ke muara di Laut Jawa.

General Manajer Indonesia Power unit bisnis pembangkit Saguling Erry Wibowo membenarkan, air Citarum yang masuk ke waduk Saguling sudah tercemar bahan kimia, terutama H2S. Tidak hanya petani, Waduk Saguling pun menjadi korban pencemaran berbagai jenis limbah yang dibuang ke Citarum, baik limbah domestik, sampah rumah tangga, rumah sakit maupun industri.

Pencemaran itu sudah berlangsung sejak waduk ini dioperasikan 1985 lalu dan hingga ini tidak upaya mengendalikan dari pembuangnya di hulu Citarum. “Kami khawatir, kasus minamata terjadi di Citarum karena hingga kini belum ada pengendalilan,” ujar Erry Wibowo. Air dari Saguling terus mengalir (cascade) ke Waduk Cirata dan Jatiluhur.

Menurut hasil penelitian Pusat Lembaga Sumber Daya Alam Lingkungan Unpad Bandung, Indonesia Power, Pembangkit Jawa Bali dan Peru Jasa Tirta, air di ketiga waduk itu tidak layak (buruk) bagi air baku minum, perikanan dan peternakan.

Air minum Jakarta

Dari Waduk Jatiluhur air mengalir ke hilir melalui Bendung Curug yang membagi air ke irigasi Tarum Barat dan Tarum Timur. Tarum Barat mengalirkan air untuk bahan baku air minum kebutuhan 10 juta warga DKI Jakarta yang dikelola PT Aetra Air dan PT Palyja.

Menurut CitaCitarum, lembaga mitra Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang mengkoordinir Integrated Citarum Water Resources Management Invesment Program (ICWRMP-Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu di Wilayah Sungai Citarum), saat ini PT Aetra Air Jakarta mengolah 8.500 liter per detik air baku untuk memasok kebutuhan warga Jakarta atau setara 22 juta meter kubik per bulan. Sementara PT Palyja mengolah 6.000 liter per detik air baku juga untuk kebutuhan warga Ibu Kota.

Di kawasan Muara Gembong, Tim ekspedisi Kompas melihat, air Citarum berwarna coklat muda langsung masuk ke Laut Jawa. Menurut laporan Perum Jasa Tirta II, pada bulan Desember air Citarum di Muara Gembong mengandung Fe, NO2N dan H2S lebih dari baku mutu.

Halaman:
Baca tentang


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau