"Pertanyaannya sama dengan yang disampaikan di seminar tentang NII," tambahnya.
Seusai pertemuan, orang tersebut berusaha mengajak Sulaiman bertemu, namun selalu ditolaknya. Dan akhirnya orang tersebut tak menghubunginya lagi.
Pengalaman senada dituturkan Bayu, mahasiswa Vokasi Kehumasan Universitas Indonesia. Pada 2008, saat baru memasuki bangku perkuliahan, Bayu dikenalkan kepada seorang perempuan bernama Tania oleh teman satu jurusan. Tania mengaku sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi UI yang sedang menyusun skripsi. Kemudian, saat pertemuan, Tania sama sekali tidak membahas skripsinya. "Malah ngobrol tentang Indonesia seperti apa," ujar Bayu, Rabu (27/4/2011).
Selanjutnya, Tania mengenalkan Bayu kepada teman lelakinya yang kemudian menjelaskan kepada Bayu lebih rinci tentang konsep hijrah yang merujuk pada ayat-ayat Al Quran. "Sampai akhirnya saya diajak bertemu di tempat dia (laki-laki) itu, di rumah kontrakan," lanjutnya.
Untungnya, kata Bayu, pada akhirnya ia tidak terjerumus ke dalam NII karena merasa tidak yakin. "Orang itu enggak bisa jelasin maunya apa. Saya gebrak meja, saya tanya maunya apa, terus dia bilang mau pertemukan saya sama kepala negara NII. Tapi sampai sekarang enggak muncul lagi," papar Bayu.
Baca juga: Testimoni Korban NII (1): Dari Diskusi Seminar hingga Dibaiat Testimoni Korban NII (2): Ajaran NII: Menghapus Dosa dengan Uang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.