Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjadi Guru, Pilihan atau Terpaksa?

Kompas.com - 24/05/2011, 03:06 WIB

”Kalau sudah banyak pengalaman, saya ingin menjadi dosen di kampus negeri. Menjadi pegawai negeri sipil (PNS) itu masa depannya terjamin,” kata Savitri menambahkan.

Menjadi PNS

Callixtus Fedy Purnawan (23), mahasiswa semester delapan Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, juga memastikan kelak akan menjadi pengajar.

Ilmu yang dia miliki dirasakan cukup sebagai bekal untuk mengajar, mulai dari tingkat SD sampai SMA. ”Kalau bisa sih, maunya saya jadi PNS dan bisa mengajar di Kabupaten Semarang,” ungkapnya.

Seperti Okta, pilihan pada jurusan yang dijalaninya kini berkat saran dari orangtua. Maklum, ayah dan ibu Fedy, panggilannya, berlatar belakang guru. Mereka menyarankan si anak pun menjadi guru karena menginginkan masa depan anaknya jelas.

Menurut orangtua Fedy, jurusan pendidikan kepelatihan olahraga mempunyai potensi menjanjikan (mendapat pekerjaan). Oleh karena itulah, mereka menganjurkan Fedy memilih jurusan tersebut.

”Saya kan orang Jawa, kalau orang Jawa itu manut wong tua iku apik (mengikuti keinginan orangtua itu pasti baik),” tutur Fedy yang berkeinginan mengajar olahraga di tingkat SD.

Adanya anjuran dan keinginan mengikuti saran orangtua membuat Fedy melupakan minatnya semula menekuni bidang teknik mesin. Pilihan masuk Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga memang melenceng jauh dari minatnya semula, tapi dia tidak menyesal. ”Terus terang dulu saya belum tertarik, tapi setelah dijalani jadi suka juga,” ujarnya.

Makin dalam mempelajari kepelatihan olahraga, Fedy merasakan ketertarikannya pada bidang ini semakin besar. Arah hidupnya pun jelas, ia akan menjadi guru olahraga. Apalagi dengan menjadi guru, terbayang kehidupan yang teratur.

”Saya suka segala hal yang teratur, misalnya mulai masuk jam tujuh pagi dan pulang jam dua siang,” Fedy beralasan.

Saat masih duduk di bangku SMA, dia mengaku bercita-cita bisa bepergian ke berbagai tempat di dunia. Namun, keinginan itu memudar, berganti dengan kesungguhan terhadap pilihan yang akan dijalaninya kelak, yakni menjadi guru olahraga.

”Menjadi guru olahraga itu seru, saya masih bisa sesering mungkin main basket. Saya suka basket, jadi untuk praktik kerja lapangan pun, saya memilih menjadi pelatih basket di klub-klub di luar kampus,” ungkapnya.

Mungkin kiasan ”tak kenal maka tak sayang” berlaku di sini. Menjadi guru mungkin bukan cita-cita sebagian orang, tetapi bila ditekuni, keasyikannya pun tak kalah dari bidang keilmuan lainnya. (Fabiola Ponto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com